Minggu, 30 Oktober 2011

Hujan

Aku suka hujan
Karena di bawah hujan
Aku bisa menangis sepuasnya
Tanpa seorangpun yang melihat

Aku suka hujan
Karena di tengah hujan
Aku bisa berteriak sepuasnya
Tanpa seorangpun yang mendengar

Lewat rintik rintik hujan yang membawa rahmat bagi semesta
Hanya aku dan Allah saja
Kusampaikan semua padaNya

Dan lelahku hilang bersama tetes air hujan

Cinta Rasul

Pada masa Rasulullah memimpin masyarakat Madinah, selaku orang besar ia justru paling miskin, walaupun warga Madinah hidup berkecukupan. Kalau ada pakaian yang robek, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memeras susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual. Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyinsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.

Sayidatina 'Aisyah menceritakan "Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga. Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai shalat."


Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina 'Aisyah belum ke pasar.

Maka Nabi bertanya, "Belum ada sarapan ya Khumaira?" (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina 'Aisyah yang berarti 'Wahai yang kemerah-merahan')

'Aisyah menjawab dengan agak serba salah, "Belum ada apa-apa wahai Rasulullah."

Rasulullah lantas berkata, "Jika begitu aku puasa saja hari ini." Tanpa sedikit tergambar rasa kesal diwajahnya.


Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami memukul isterinya. Rasulullah menegur, "Mengapa engkau memukul isterimu?" Lantas dijawab dengan agak gementar, "Isteriku sangat keras kepala. Sudah diberi nasehat dia tetap bandel, jadi aku pukul dia."

"Aku tidak bertanya alasanmu," sahut Nabi s.a.w. "Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu bagi anak-anakmu ?"

Pernah baginda bersabda, "Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya."

Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda dalam menjadi kepala keluarga tidak menampakkan kedudukannya sebagai pemimpin umat.

Pada suatu hari, ketika Rasulullah mengimami shalat Isya berjamaah, para sahabat yang jadi makmum dibuat cemas oleh keadaan nabi yang agaknya sedang sakit payah. Buktinya, setiap kali ia menggerakkan tubuh untuk rukuk, sujud dan sebagainya, selalu terdengar suara keletak-keletik, seakan-akan tulang-tulang Nabi longgar semuanya.

Maka, sesudah salam, Umar bin Khatab bertanya,"Ya, Rasullullah, apakah engkau sakit?"

"Tidak, Umar, aku sehat," jawab Nabi.

"Tapi mengapa tiap kali engkau menggerakkan badan dalam shalat, kami mendengar bunti tulang-tulangmu yang berkeretakan?"

Mula-mula, Nabi tidak ingin membongkar rahasian. Namun, karena para sahabat tampaknya sangat was-was memperhatikan keadaannya, Nabi terpaksa membuka pakaiannya.

Tampak oleh para sahabat, Nabi mengikat perutnya yang kempis dengan selembar kain yang didalamnya diiisi batu-batu kerikil untuk mengganjal perut untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kerikil itulah yang berbunyi keletak-keletik sepanjang Nabi memimpin shalat berjamaah.

Serta merta Umar pun memekik pedih, "Ya, Rasulullah, apakah sudah sehina itu anggapanmu kepada kami? Apakah engkau mengira seandainya engkau mengatakan lapar, kami tidak bersedia memberimu makan yang paling lezat ?

Bukankah kami semuanya hidup dalam kemakmuran ?"

Nabi tersenyum ramah seraya menyahut, "Tidak, Umar tidak. Aku tahu, kalian, para sahabatku, adalah orang-orang yang setia kepadaku. Apalagi sekedar makanan, harta ataupun nyawa akan kalian serahkan untukku sebagai rasa cintamu terhadapku, tetapi dimana akan kuletakkan mukaku di hadapan pengadilan Allah kelak di Hari Pembalasan, apabila aku selaku pemimpin justru memberatkan dan menjadi beban orang-orang yang aku pimpin?"


Para sahabat pun sadar akan peringatan yang terkandung dalam ucapan Nabi tersebut, sesuai dengan tindakannya yang senantiasa lebih mementingkan kesejahteraan umat daripada dirinya sendiri.

Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.

Baginda hanya diam dan bersabar ketika kain rida'nya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Baduwi hingga berbekas merah di lehernya.


Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencing si Baduwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.

Rasulullah SAW, seorang pemimpin yang senantiasa mendahulukan kepentingan umatnya, kepentingan rakyatnya, kepentingan masyarakatnya, tanpa melihat apa yang menjadi kepentingan bagi dirinya sendiri, rasa takut akan pertanggung jawaban kelak dihadapan Allah SWT, padahal jelas Rasulullah SAW oleh Allah telah di maksum, namun rasa cinta beliau kepada kita sebagai umatnya terlihat dari percakapan ketika Rasulullah SAW menghadapi sakaratul maut.

Rasulullah SAW Bersabda “ Beritahu kepadaku, wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untuk-ku di sisi-Nya?”

Jibril pun menjawab, “ Bahwasanya pintu-pintu langit telah dibuka sadangkan malaikat telah berbaris untuk menyambutmu.”

Rasulullah SAW bersabda,” Segala Puji dan Syukur bagi Tuhan-ku. Wahai Jibril, apalagi yang telah disediakan Allah untukku?”

Jibril menjawab lagi, “Bahwasanya pintu-pintu surga telah dibuka, bidadari-bidadari telah dihias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatanganmu.”

Rasulullah SAW bersabda lagi, “ Segala Puji dan Syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang disediakan Allah untukku?”

Jibril menjawab, “Aku memberikan berita gembira untukmu, Engkaulah yang pertama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari Kiamat nanti.”

Kemudian, Rasulullah SAW Bersabda, “Segala puji dan syukur aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang kabar yang menggembirakan aku.”


Jibril bertanya “Wahai Kekasih Allah apa yang sebenarnya ingin tuan tanyakan?”

Rasulullah SAW menjawab, “Tentang Kegelisahanku. Apakah yang akan diperoleh oleh orang-orang yang membaca Al Qur’an sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang diperoleh orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”

Jibril menjawab,” Saya membawa kabar gembira untuk Rasulullah. Sesungguhnya Allah telah berfirman, ‘Aku telah mengharamkan surga bagi semua rasul dan umat, sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.”

Rasulullah SAW bersabda, “Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku, Wahai malaikat maut, dekatlah kepadaku.”
Lalu malaikatpun mendekati beliau.


Lagi-lagi, yang membuat berlinang airmata..