Sabtu, 05 November 2011

Kuserahkan Putriku Padamu

*Renungan untuk Para Suami

Saat pertama kali putri kecil kami terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kami, orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami menjaganya siang dan malam, sampai kami melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar, memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.

Kami besarkan dia dengan segenap jiwa dan raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu yang kami punya. Dan kami jaga dia dengan penuh kehati-hatian.

Dan waktupun berlalu... Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kami memilikinya. Kami berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kami untuk tetap menahannnya disini. Bukan bermaksud meletakkan ego kami atas hidupnya, Namun sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah dari anaknya. Putri kesayangannnya.

Tapi,... Hari ini, akhirnya datang juga. Saat dimana kami harus melihatnya terbalut dalam pakaian cantik, yaitu gaun pengantinnya. Gadis kecil kami telah tumbuh dewasa. Dan sesudah ijab kabul ini, kau lah kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kami. Mari ikatkan tanganmu kepadanya.

Waktu akhirnya memaksa kami berpisah dengannya. Walaupun kau adalah orang yang asing dan baru sebentar dikenalnya, sedangkan kami adalah orang tuanya yang telah mengorbankan semua yang kami punya untuknya. Namun, tak ada sama sekali kemarahan kami atas dirimu, menantuku. Namun ijinkan kami sedikit meluapkan kesedihan atas seorang putri kami yang harus jauh meninggalkan kami, karena harus mengikutimu. Kamipun tak akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau diatas kami.
Tolong, jangan beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan kami dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti kepada orang tua, pun demikian dengannya. Kami tidak keberatan apabila harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kami dulu yang selalu menemani dan menolong kami dimasa tua.
Kami menikahkanmu dengan anak gadis kami dan memberikan kepadamu dengan cuma- cuma, kami hanya memohon untuk dia selalu kau jaga dan kau bahagiakan.

Jangan sakiti hatinya, karena hal itu berarti pula akan menyakiti kami. Dia kami besarkan dengan segenap jiwa raga, untuk menjadi penopang harapan kami dimasa depan, untuk mengangkat kehormatan dan derajat kami. Namun kini kami harus menitipkannya kepadamu. Kami tidaklah keberatan, karena berarti terjagalah kehormatan putri kami.
Jika kau tak berkenan atas kekurangannya, ingatkanlah dia dengan cara yang baik, mohon jangan sakiti dia, sekali lagi, jangan sakiti dia.

Suatu saat dia menangis karena merasa kasihan dengan kami yang mulai menua, namun harus sendiri berdua disini, tanpa ada kehadirannya lagi. Tahukah engkau wahai menantuku, bahwa kau pun memiliki orang tua, pun dengan istrimu ini. Disaat kau perintahkan dia untuk menemani orang tuamu disana, pernahkah kau berpikir betapa luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan egonya sendiri untuk tetap berada disamping orang tuamu, menjaga dan merawat mereka, sedang kami tahu betapa sedih dia karena dengan itu berarti orang tuanya sendiri, harus sendiri. Sama sekali tiada keluh kesah darinya tentang semua itu, karena semua adalah untuk menepati kewajibannya kepada Allah.

Dia mementingkan dirimu dan hanya bisa mengirim doa kepada kami dari jauh. Jujur, sedih hati kami saat jauh darinya. Namun apalah daya kami, memang sudah masa seharusnya seperti itu, kau lebih berhak atasnya dari pada kami, orang tuanya sendiri.

Maka hargailah dia yang telah dengan rela mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang telah membuat keputusan yang sedemikian sulit. Maka sayangilah dia atas semua pengorbanannya yang hanya demi dirimu. Begitulah cantiknya putri kami, Semoga kau mengetahui betapa berharganya istrimu itu, jika kau menyadari.

(Syahidah/Voa-islam.com)

http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2011/09/22/16163/kuserahkan-putriku-padamu-renungan-untuk-para-suami/

Dokternya Dokter

Saya teringat sebuah hadist..

"Rasa sakit, sedih, lelah, demam, sampai duri yang menusuk kulit yang diterima seorang hamba akan menjadi penggugur dosa-dosa. Sampai seorang hamba berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa. Maka bersabarlah. Bisa jadi inilah yang membuatmu dimasukkan ke dalam Surga dan dijauhkan dari api neraka oleh Allah subhanawa ta'ala..."

Malam ini saya galau. Bukan karena kondisi emosional yang sedang labil, tapi sepertinya fisik saya sedikit bermasalah.

Sudah dua hari, sejak kemarin siang, saya merasa kurang sehat. Ternyata sampai malam ini belum juga membaik.

Saya tak punya diagnosa, tanya ke teman atau senior, katanya cuma distensi lambung. Oke, saya percaya.

Rasa tidak nyaman ini, bisa dinetralisir dengan banyak bergerak, menyibukkan diri.

Ya Allah, maka ijinkanlah aku bergerak dan terus bergerak.. :)

Selama ini, saya selalu diam kalau sakit dan mengatakan "aku baik2 saja". Tapi ada satu orang yang tak pernah bisa saya bohongi, ataupun saya anggap tak mengerti.

Dialah IBU..

Dulu, tiap kali saya merasa kurang enak badan. Saya selalu berusaha terlihat sehat di depan ibu. Mengapa? Karena ada dua alasan.
1. Saya takut pergi ke dokter
2. Saya g mau merepotkan bapak ibu

Saat saya sakit, saya berusaha makan meskipun tak nafsu makan. Tersenyum, meskipun saya lesu. Atau selalu menghindar bila ibu ingin mengusap kepala saya, atau memegang tangan saya. Karena jarang sakit, makanya saya juga menganggap remeh tiap kali merasa kurang sehat.

Tapi semua sandiwara itu cuma bertahan sebentar. Hingga akhirnya ibu berkata.
"Kamu sakit mbak?"
"Ndak bu, sehat.."
"Ndak, keliatan dari bibirmu sayang."

Weew, emang bibir saya kenapa ibu?
"Ya, Ibu bisa membedakan kamu sehat atau sakit dari bibirmu."

Aaah, so sweeet.. :")

Lalu dengan segera, Ibu selalu memberikan pelayanan dan perawatan terbaiknya hingga saya sehat dan kembali ceria. hehe.

Bagiku, Ibu adalah seorang dokter. Kelak kalau saya sudah jadi dokter (aamiin), maka Ibu akan menjadi DOKTERNYA DOKTER.

Ya Allah, jaga Ibuku saat pengawasanku tak sampai padanya..

Diriwayatkan dari Abu Abdul Rahman Abdullah bin Mas’ud ra., dia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, “Amalan apa yang paling disukai Allah SWT?” Beliau menjawab :”Shalat tepat waktu” Aku bertanya lagi : ”kemudian apa?” Beliau menjawab : “Birrul walidain”. Aku bertanya lagi : “kemudian apa?” Beliau menjawab : “Jihad fi sabilillah”.

Selaksa rinduku buat Ibu..