Selasa, 01 Januari 2013

Bait-bait doa


Reposting, ketikan dua tahun lalu.. 
Saat diri ini merasa begitu kecilnya, begitu lemahnya, di hadapan Sang Pencipta.. :')

Sering diri ini bertanya Allah..

Mengapa aku? Mengapa diriku yang buruk ini yang Engkau beri amanah lebih?
Bukankah hanya akan memadamkan cahaya agamaMu

Aku yang masih sering mengeluh, begini dan begitu
Masih sering melalaikan kewajibanku padaMu

Sering pula diri ini meminta Allah..

Jika hidayah itu datang padaku, Engkau mudahkan aku kepadaMu, maka sampaikanlah hidayah-hidayahMu kepada hamba-hambaMu yang lain
Yang lebih baik dari diri ini
Yang lebih mampu mengemban amanah-amanah ini
Yang lebih pantas menjadi pemimpin-pemimpin umat ini
Yang akan lebih banyak bermanfaat dalam menebar wangi surgaMu

Semakin lelah diri ini Allah, semakin dalam pula aku menyadari
Bahwa belumlah pantas bibir ini mengeluh
Belumlah boleh diri ini menyerah, berhenti menantang arah
Hingga kaki menapak di surga

Satu lagi Allah
Ketika jiwa ini telah berusaha ikhlas dan berjuang di jalanMu
Maka jangan hilangkan cahaya itu dari dalam diriku
Jangan Engkau ambil cinta itu dari hatiku
Biarkan ada dan akan terus membekas hingga kapanpun

Lewat tangan yang selalu berusaha berbuat, meski terbatas
Lewat kaki yang selalu berusaha melangkah, meski lamban
Lewat bibir yang selalu berusaha menyampaikan pesanMu, meski sedikit
Lewat akal yang selalu berusaha berpikir, meski sempit
Lewat mata, telinga, hati, dan segalanya, yang akan selalu berusaha sabar dan syukur

Ijinkan diri ini, bermanfaat ya Allah
Ijinkan diri ini, mengenal hakikatMu Allah
Aku ingin, selalu berubah ke arah yang lebih baik

Dan jadikanlah, pemimpin-pemimpin negeri ini, orang-orang yang sholeh
Yang akan membawa dan mengenalkan agamaMu
Hingga kembali bangkitnya, kejayaan Islam seperti dulu

Betapa diri ini memimpikannya Allah..

Ya Robbii Yang Maha Kaya...
Sesungguhnya kami tidak pernah bersedih dengan hilangnya dunia dari sisi kami
Karena kebahagiaan di sisi kami hanyalah dengan adanya keimanan dalam dada ini
Jauhkan kami dari apa-apa yang mengurangi kecintaan kami padaMu
Jika ia dapat melunturkan keimanan kami
Dan gantikanlah dengan sesuatu yang dapat menambah kecintaan kami padaMu
Sungguh Ya Robb, puncak kebahagiaan kami
Hanyalah ketika kami mampu menjadi
Hamba yang setia kepadaMu hingga tiba waktu kami menghadapMu
Lalu Engkau memberi kami kenikmatan yang terbesar yakni menatap wajahMu

Amin.

Ayo mengaji!

ISI WAKTU LUANG DENGAN MENGAJI YUUK.. J


"Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran ), ia akan mendapatkan satu kebaikan yang nilainya sama dengan 10 kali ganjaran (pahala). Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR Tirmidzi)

Sudahkah kita merasa waktu yang kita miliki, kita gunakan secara maksimal? Atau ternyata, masih saja ada waktu yang tersisa dan terbuang begitu saja? Ayo coba diingat-ingat, dipikir-pikir.
Sesungguhnya waktu adalah sesuatu yang sangat amat berharga. Sampai-sampai Allah merangkai kata dalam firmanNya.
“Demi masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan nasihat-manasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr:1-3)
Itulah bukti betapa pentingnya kita menghargai waktu.

Seorang mahasiswa muslim harus bisa mengoptimalisasi waktu yang dimilikinya dengan baik. Di antara sekian banyak waktu yang digunakan untuk menyelesaikan beragam amanahnya, wajib baginya untuk menyediakan waktu tilawah (membaca Al Qur’an). Yang lebih baik lagi, ketika semua waktu luang yang ada, kita gunakan untuk membaca kalam Allah.

“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (Riwayat Al-Bukhari)

Mengaji seharusnya menjadi hal yang biasa dalam kehidupan kita. Sayangnya, budaya mengaji di manapun dan kapanpun perlahan luntur dari setiap sisi kehidupan mahasiswa. Seolah tabu jika membaca Al Qur’an di ruang kuliah saat menanti dosen datang, rasanya aneh jika mengawali rapat dengan tilawah, atau terkesan eksklusif saat mengaji di dalam angkot.

Takut dibilang alim? Takut dibilang ga gaul? Atau berpikir, “jangan-jangan kalau ngaji, dikiranya pengen dipuji, takut riya’..”
Saat terlintas dalam benar kita, perasaan takut dibilang sok alim atau takut dikira minta pujian dan seonggok pikiran negatif lainnya, saat itulah sebenarnya kita sudah hampir mencapai tahap riya’ (pamer).
Jadi, selalulah berpikir positif untuk memulai kebiasaan yang baik. Pahala membaca Al Qur’an luar biasa, terutama jika kita memahami artinya, serta mengamalkannya dalam perbuatan sehari-hari.

“Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya Al qur’an itu akan datang di hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi yang membacanya” . (HR. Muslim)
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”  (QS. Fathir : 29-30)

Rajin dan rutin membaca Al qur’an selain dapat melancarkan bacaan kita, juga dijanjikan oleh dua pahala.
“Orang yang mahir Al Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan baik-baik dan orang yang membaca Al Qur’an dan terbata-bata membacanya dengan mengalami kesulitan melakukan hal itu maka baginya dua pahala”.  (HR. Muslim) 

Tergiur kan dengan janji-janji Allah di atas? Yuuk, mulai luruskan niat, tetapkan langkah untuk membiasakan mengaji. Mulai dari dirimu sendiri dan jangan halangi orang lain mengikuti.

Jadikan tilawah sebagai penghias hari! Hidupkan Islam di kampus dengan mengaji! 

Kalau mau didengar Allah, mulailah untuk jadi pendengar yang baik.. Mendengar ceritaNya, mendengar kalamNya, yang tertulis rapi.. 

Random

Akhirnya ngeblog lagi. Tulisan perdana di tahun 2013.

Emm, bicara tentang dokter, pasti lekat dengan tanggung jawab yang seabrek. Kesan sibuk luar biasa yang hampir-hampir tak punya waktu untuk berleha, bahkan sejak menjadi mahasiswa.
Benarkah?

Ya, lagi-lagi itu semua pilihan.
Tapi bicara tentang wanita, rasa-rasanya memang kita dituntut untuk menjadi seseorang yang harusnya lebih banyak punya waktu di rumah, terutama saat sudah berumah tangga nanti. Dan sejujurnya, memang itulah yang seringkali menggelayuti pikiran. Saya ingin jadi dokter yang juga punya banyak waktu di rumah.
Miris, mendengar curhatan dokter-dokter, "Ya ampun, semalem gue cuma ketemu anak gue 2 jam. Mana ntar malem jaga."

Apakah itu artinya, amanah dokter harus saya tinggalkan? Tidak-tidak, sejujurnya saya tidak mau kalau begitu. Saya ingin menjalaninya secara beriringan. Amanah sebagai anak, istri, ibu, dan dokter. Perjuangan 5 tahun bukan perjuangan yang mudah, dihiasi dengan suka duka yang tiada hentinya. Jadi, sangat disayangkan ketika kita memilih untuk menanggalkan profesi dokter dan memilih untuk hanya berada di rumah.
Kalau semua dokter muslimah berpikir demikian, lalu siapa yang akan peduli dengan pasien-pasien sesama muslimah?

Bukan artinya kita melalaikan tugas seorang wanita yang mulia, melainkan berusaha menjadi wanita yang multiagen. Saya adalah satu dari 'entah berapa' orang dokter muslimah, yang ingin menjadikan dokter sebagai sarana beramal bermanfaat dan berdakwah, bukan untuk mencari nafkah utama. Kalau nafkah, insyaAllah sudah ada yang mencari, rezeki juga sudah diatur sama yang Maha Pemberi.
Khawatir nanti suami dan anak-anak tidak terurus? Kalau saya sih tidak khawatir (soalnya belum ngalamin hehe), justru optimis dan merasa tertantang.
Terharu melihat perjuangan dokter-dokter muslimah, yang mampu mengurusi rumah tangga, mendampingi suami, mendidik anak-anak menjadi generasi yang hebat, meningkatkan kualitas diri, tetapi juga tetap berdakwah dengan menjalankan profesi dokternya.

Tulisan ini random? Memang. Hehe.

Intinya, harapan saya tidak muluk-muluk, "Membentuk keluarga dan generasi hebat, menjadi dokter muslimah yang bermanfaat". Semoga nanti, bisa sama-sama saling memahami, menyusun visi dan misi bersama untuk masa depan yang penuh arti. Bersama seseorang yang hebat, insyaAllah aamiin. :)

Endingnya ditutup dengan quote 'agak galau':
"Tak perlu seseorang yg sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun. Yang mampu memahami dan menjadi alasan kuat untuk terus melangkah bersama, meraih mimpi yang ada." (dari twitternya @HabibiDanAinun, dengan sedikit perubahan)