Senin, 24 Februari 2014

Higher Step


Aku hanya ingin bilang bahwa.
Mengeluh tak menyelesaikan apa-apa.
Semakin ke atas kau mendaki, medan semakin curam, anginpun menerpamu semakin kencang.
Yakinlah, kau tak akan pernah jatuh, selama kau punya pegangan.
Kau akan tetap bertahan!

Diampun tak menyelesaikan apa-apa.
Semakin jauh kau berlari, langkah semakin berat, niatpun rasanya semakin dangkal.
Ingatlah, kau tak boleh menyerah, selama kau punya sandaran.
Kau harus terus bertahan!

Kalau kau begitu lelah.
Menengadah.
Lalu mengadulah.
Allah dengar, Allah dengar.
Lebih dari siapapun yang mendengar.

Aku yakin, kau bukan pribadi yang mudah mengeluh tentang kehidupan. 
Bukan pula pribadi tanpa visi ke depan.
Karena keyakinanku terhadapmu itulah, yang membuatku harus menguatkanmu tentang hal ini.
Bahwa hidup adalah perjuangan membangun mental.
Seperti katamu, membangun peradaban.

Jangan pernah bersedih manakala keringat ini mengalir lebih deras dan pikiran berkecamuk lebih hebat.
Karena itu artinya, 'kita tengah berjuang!'
Kuminta kau untuk tetap setia.
Pada setiap lahan pembelajaran kita tentang kehidupan.
Pada setiap jalan yang panjang terbentang.
Jangan pernah ada kata 'meninggalkan', hingga surga menjadi tempat pijakan.
Bergeraklah, terus bergerak.
Membingkai lelah dengan Lillah, menghias indah dengan Fillah. :)

Kamis, 20 Februari 2014

Menu Berbuka

Buka puasa hari ini, menunya tumis sawi, telur dadar, krupuk, dan kering tempe buatan ibu. Sampai di kosan setengah jam sebelum maghrib, alhamdulillah tepat prediksi, makanan siap saji saat adzan bersahut-sahutan.


“Sholat dulu ya, baru makan,” kataku kepada seorang teman. Dua orang lagi sedang di luar rumah.

Setelah selesai menunaikan sholat, kami makan berdua. Di ruang tengah. Nasi baru matang, lengkap dengan sayur dan lauk yang sudah tersedia. Mengawali dengan mencuci tangan dan mengucap basmalah. Tanpa sadar, lahap sekali kami makan.

“Enak,” katanya.
“Emm, sadar atau engga. Sebenernya menu makanan kita sederhana banget ya?”
Dia terdiam. “Iya, bener banget.”
Lalu kami tertawa sebentar. Saling memandang.

“Tapi nikmat kan?”
“Sangat. Apalagi dimakan setelah berbuka,” katanya lagi sambil meneruskan makan.
“Ya, ga perlu menu yang mewah untuk merasakan enaknya makan, yang penting bersyukur. Di samping, ga sempet mampir ke pasar,” tersenyum.
“Mungkin sebenernya kita bisa, memilih untuk makan di luar sana. Tapi di rumah lebih berasa.”
“Berasa apanya?”
“Buatan sendiri, makan bareng. Sambil cerita banyak hal. Termasuk suka duka ujian pasien hari ini.”
“Setuju. Bener kan kalau bahagia itu sederhana. Cukup dengan bersama, bersabar, dan bersyukur.”

Dihiasi suara, 'Kreeek..' Bunyi patahan krupuk yang sengaja kita bagi dua karena menurut kami terlalu besar untuk seorang diri.

Begitulah. Banyak hal sederhana yang mampu membuat kita merasa bahagia.
Bahwa terkadang kebersamaan itu lebih bermakna dari apapun.
Bahwa terkadang sabar itu mampu membuat kita lebih menghargai apapun.
Bahwa terkadang sedikit dengan syukur tiada henti itu lebih berarti dari apapun.

Kami sedang bersabar, menanti hari sabtu. Hari di mana kami telah sepakat untuk sama-sama mengosongkan waktu.

“Sabtu is our time. Kita buat menu yang lain dari biasanya ya,” Hehe.
“Iya, harus! Alhamdulillah, ga ada jaga lagi weekend ini.”

Lalu kami mengakhiri sesi makan malam ini dan kembali ke kamar. Ke laptop masing-masing, ke buku masing-masing. Saatnya belajar (lagi). 
Semangat! :)

Rabu, 19 Februari 2014

Tak Sebatas Surga


Mendefinisikan sedetail-detailnya.



“Kamu punya mimpi bukan?”
“Ya.”

“Kamu punya target-target dalam hidupmu?”
“Ya.”

“Sama. Orang yang hebat bagiku adalah orang yang mempunyai perencanaan yang jelas tentang hidupnya. Ketika ditanya, mereka mampu menyebutkan mimpinya, lalu merinci setiap detail target hidupnya tersebut. Menurutmu mengapa harus begitu?”
“Emm, karena bagiku. Dengan mendefinisikan sedetail-detailnya setiap keinginan kita, akan membuat jalan hidup kita lebih jelas dan terarah. Akan melangkah ke mana kita, akan sampai di mana kita.”

“Lalu kalau ditanya, akan menuju ke mana dan akan sampai di mana, apa jawabanmu?” 
“Surga. Karena tempat beristirahat itu di surga.”

“Surga yang seperti apa?”
“Surga ya surga. Jannahnya Allah.”
“Hmm..”
“Kenapa?”

“Begitulah manusia. Terkadang mereka melupakan hal yang paling penting dari hidupnya. Tentang akhir dari semua pencapaian selama hidup di dunia. Mereka mampu membuat list target yang menarik dan menakjubkan, lengkap dengan timeline yang mereka buat sendiri. Lalu merealisasikannya dalam kenyataan, tapi sayangnya berhenti sampai di situ saja. Kalau kamu mahasiswa, mungkin setelah lulus kamu berpikir untuk bisa melanjutkan sekolah setinggi-tingginya, lalu memberikan kontribusi sebanyak-banyaknya. Tapi, apakah cukup sampai di situ?”

“Maksudmu?”

“Ya, setiap orang pasti ingin masuk surga. Kalau ditanya tentang akhir perjalanan ini, pasti jawabnya begitu. Menuju surganya Allah, atas ridhoNya. Caranya dengan meraih semua mimpi-mimpimu itu. Tapi pernahkah kamu menyadari, bahwa sebenarnya kamu bisa meminta lebih dari itu.”

“Lebih dari itu? Lebih dari surga?”

“Kalau dipikir-pikir, toh setiap target yang kita buat itu tidak akan tercapai tanpa ridho Allah bukan? Dan mimpi akan surga itu juga tidak akan tercapai tanpa ridho Allah. Kalau kita saja mampu merinci dengan jelas target kita selama di dunia dan Allah mengizinkan satu per satu terlaksana, mengapa kita tidak berpikir untuk mendefinisikan sedetail-detailnya pula mimpi kita akan ‘akhir perjalanan hidup dan rumah masa depan’ yang kita rindukan itu?”

“Bahasamu sulit. Sejujurnya aku belum paham.”

“Baiklah. Dengarkan aku.

Pernahkah kamu berpikir, ingin hidupmu berakhir dalam keadaan seperti apa?

Pernahkah berpikir, ingin disholatkan oleh berapa orang?

Pernahkah berpikir, ingin dido’akan oleh seberapa banyak penghuni semesta?

Pernahkah berpikir, ingin berada pada tingkatan surga yang mana?

Pernahkah berpikir, ingin membangun istana atau cukup rumah tipe 21 seperti yang kamu punya? Ingin memesan tanah surga yang di sebelah mana?

Pernahkah berpikir, ingin bersama dan ditemani oleh siapa sajakah di sana?

Pernahkah berpikir, ingin dapat melihat wajahNya setiap saat selamanya?

Pernahkah berpikir, tentang semua itu?”

“Iya ya. Mungkin itu yang selama ini terlupa. Aku hanya berpikir, ingin memberikan manfaat sebanyak-banyaknya agar bisa masuk surga. Agar Allah ridho kepadaku. Caranya dengan merinci setiap mimpi dan target yang aku punya. Tetapi tak pernah terpikir, untuk mendefinisikan sedetail-detailnya tentang ‘akhir perjalanan hidup dan rumah masa depan’ku yang aku idam-idamkan itu.”

“Ketika kamu bermimpi ingin disholatkan oleh ribuah jama’ah, mungkin kamu akan menargetkan untuk ikut dalam berbagai aksi sosial dan kemasyarakatan, atau mungkin mengabdi dalam dunia profesimu itu, atau mungkin mendedikasikan hidupmu untuk bangsa dan negara. Dan lain-lain.
Pun ketika kamu bermimpi ingin berada di surga Firdaus, mungkin kamu akan memasang target untuk menghafal sekian juz atau seluruhnya di dalam Al Qur’an, menjauhi maksiat, tidak meninggalkan sholat malam, menjaga silaturahim, menghargai waktu, memperbanyak ibadah sunnah. Dan lain-lain.”

“Aku mengerti. Rasanya akan menjadi lebih terarah, jalan hidup kita. Dengan orientasi yang lebih jelas dan pemahaman yang lebih luas.”

“Maka dari itu, cobalah. Mendefinisikan sedetail-detailnya tentang mimpimu akan ‘menjemput surga’. Berharap, semoga Allah memeluk dan mencatatnya rapat-rapat, hingga Ia membukakan setiap celah jalan untuk sampai kepadaNya. Bersama orang-orang yang kamu cintai. Bersama ribuan orang yang turut menyertai. Melalui semua amalan tak terbatas yang telah mampu kau ukir selama hidupmu di dunia ini. Bukankah itu, istimewa?”

“Iya, akan kucoba. Mendefinisikan sedetail-detailnya.”

Terinspirasi dari sebuah cerita.. :)

Kamis, 06 Februari 2014

Allah knows

For You, who always knows me.. 
Thank You, Allah.. :')

When you feel all alone in this world
And there's nobody to count your tears
Just remember, no matter where you are
Allah knows
Allah knows

When you carrying a monster load
And you wonder how far you can go
With every step on that road that you take
Allah knows
Allah knows

No matter what, inside or out
There's one thing of which there's no doubt
Allah knows
Allah knows
And whatever lies in the heavens and the earth
Every star in this whole universe
Allah knows
Allah knows

When you find that special someone
Feel your whole life has barely begun
You can walk on the moon, shout it to everyone
Allah knows
Allah knows

When you gaze with love in your eyes
Catch a glimpse of paradise
And you see your child take the first breath of life
Allah knows
Allah knows

When you lose someone close to your heart
See your whole world fall apart
And you try to go on but it seems so hard
Allah knows
Allah knows

You see we all have a path to choose
Through the valleys and hills we go
With the ups and the downs, never fret never frown
Allah knows
Allah knows

Every grain of sand,
In every desert land, He knows.
Every shade of palm,
Every closed hand, He knows.
Every sparkling tear,
On every eyelash, He knows.
Every thought I have,
And every word I share, He knows.
Allah knows

Zain Bhikha - Allah Knows Lyrics