Malam ini.
Begitu banyak pertanyaan yang meminta jawaban.
Padahal diri ini, begitu lemahnya.
Oh Allah, forgive me when I whine. :)
“Aku capek.. Aku capek untuk berusaha menegarkan diri sendiri.”
Ya, aku tau, tapi terkadang kita
memang harus menggenggam tangan kita sendiri, untuk meyakinkan bahwa kita kuat.
Believe in your strength, we have Allah.
“Mengapa rencana Allah itu sulit ditebak?”
Ya, karena kalau saja rencana Allah
itu mudah ditebak, manusia tidak akan terdidik untuk mandiri. Menentukan mana
yang baik dan mana yang buruk. Ga seru bukan?
“Aku cuma takut mengambil keputusan yang salah.”
Ya, selama kita menyertakan Allah
dalam mengambil setiap keputusan, jangan pernah takut salah. Ikuti kata hatimu.
Syaratnya, bukan sembarang hati, tapi hati yang benar-benar bertawakkal kepada
Allah.
“Tapi, haruskah aku peduli ketika aku punya masalah dengan orang lain?”
Ya, ketika kita melihat dekat sebuah
masalah, terutama jika masalah tersebut menyertakan kita di dalamnya, menurutku,
kita punya peran untuk mencari solusinya, atau justru menjadi bagian dari
solusi itu. Termasuk masalah yang menyangkut hubunganmu dengan orang lain.
Tolong, selesaikan baik baik, dengan cara yang baik, langsung atau tidak
langsung.
“Aku ingin hidup tenang. Tidak ingin memikirkan semua ini.”
Hei, kamu egois sekali. Memang siapa kamu? Tidakkah
kamu berpikir, ketika kamu lari dan tenang dengan hidupmu di sana, belum tentu
mereka berpikir sama? Mereka yang kamu tinggalkan, bisa jadi akan semakin
terpuruk karena tak segera menemukan jalan keluar. Padahal kamu bisa menjadikan
semua ini lebih bernilai untuk semuanya.
“Kalau kamu sudah menyerah, bilang ya. Aku juga akan menyerah.”
Tidak, sampai kapanpun aku tidak
akan menyerah. Kalau kamu menyerah, silakan. Aku akan terus mencoba.
“Kenapa, kenapa kita harus mencoba?”
Karena diri ini akan semakin berarti
ketika semakin banyak manfaat dan kebaikan yang kau berikan. Sederhananya. Tanganmu
itu, dia akan lebih berarti ketika tulus kau gunakan untuk mengisi kotak infaq,
atau untuk menepuk bahu saudaramu yang sedang kesulitan, atau untuk memegang
mushaf sejenak ketika bimbang, atau untuk menyingkirkan batu di jalan, atau untuk
menulis dan menciptakan sebuah perubahan, atau untuk mengusap keringat yang
mengalir di keningmu ketika kamu tengah kelelahan berjuang. Bahkan dia tak
menolak ketika kau tengadahkan setiap saat berdo’a dan berbicara kepada Rabbmu.
Kamu tahu? Andai semua bagian dirimu
kau gunakan sebaik-baiknya seperti ‘sebuah tangan’ tadi, akan semakin
berarti juga dirimu, berarti hidupmu. Maka, jangan menyerah..
Semangat! :)
0 komentar:
Posting Komentar