Minggu, 29 April 2012

Sejatinya cinta

Sejatinya cinta
Baik dari langit maupun dari bumi
Semuanya menunjuk pada Allah semata

(Jalaluddin Rumi)

Maka sejatinya
Tidak mungkin ada
Dua cinta yang berbeda
Dalam sebuah hati yang sama

Maka ketika
Kau mulai merasa
Ada cinta selain karenaNya
Murnikanlah kembali

Demi cinta sejati
Untuk dan karena Illahi
Semurni cinta para penduduk langit dan bumi

Rabu, 25 April 2012

Satu mimpi

Saya ingin naik gunung.
Saya ingin mendaki gunung.
Saya ingin melihat dunia dari puncak gunung.
Saya ingin merasakan setiap lika-likunya menuju ke sana.
Sedetik saja, sesaat saja.
Saya ingin berada di tepian puncaknya.
Meresapi, menikmati, lekat, erat, penuh rindu hangat.
KarenaNya, kepadaNya.

Hmm.
Izinkanlah Allah.
Suatu saat nanti.
Bersama dia.

Dia yang saya belum tahu siapa.
Tapi harapan jiwa.
Semoga di awal-awal lembaran baru kehidupan nanti.
Satu mimpi tersebut akan terpenuhi.
Bersama dia.
Yang tercinta.

*hehe, galau menjelang ujian praktikum
Semoga dimampukan Allah dalam mengerjakan..
Semangat! :)

Sabtu, 14 April 2012

Muslimah Amanah :)

Muslimah harus amanah. Mengapa? 

Rasulullah saw. bersabda, "Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah, dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji." (Ahmad dan Ibnu Hibban)

Bagaimana seorang muslimah tidak amanah, padahal Allah telah menganugerahkan banyak nikmat yang sepatutnya dijaga dan dipelihara sebaik-baiknya.


Pertama.
Allah menitipkan tubuh yang sempurna pada kita, muslimah. Dengan segala aktivitas kecil di dalamnya. Di mana sel-sel hidup dan bermetabolisme setiap detiknya, menyusun dan merangkai energi untuk dapat menopang hidup kita, sepanjang waktu. Dengan dua tangan, dua kaki, dua mata, dan serentetan hal yang membuatnya lengkap tanpa cacat. Indah dipandang mata.
Maka sudah sewajarnya kita bersyukur dan menjaga amanah. Caranya?
Tutuplah auratmu sesuai dengan yang Allah bisikkan lewat bait-bait cinta dalam kalamNya, Al Qur'an. Karena keindahan dan kesempurnaan tubuh kita mahal harganya, tak semua mata dapat dengan bebas memandangnya.
"Katakanlah kepada wanita yang beriman :"Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka meukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
Selain itu, tubuh kita punya hak lebih untuk dijaga. Asupan makanan yang sehat dan bergizi. Kebersihan diri dan lingkungan. Seringkali kita terlalu sibuk mengurusi amanah-amanah yang lainnya, hingga kita melupakan raga ini, yang lelah dan payah menopang jiwa ini ke sana-kemari, menunaikan satu demi satu kewajiban kita. Asupan makan sangat penting untuk keberlangsungan hidup kita. Otak butuh energi, otot juga, semuanya butuh makan. Di samping itu, kesehatan wanita sejak dini akan sangat berpengaruh bagi kehidupan seorang muslimah kelak. Misalnya, untuk kesehatan reproduksi, kesehatan organ seksual, kekuatan tubuh untuk hamil, menyusui, mengurus rumah tangga, dan aktif di masyarakat. Karena itu, selain menjaga aurat sesuai syari'at, muslimah juga harus menjaga asupan makanan serta kebersihan dirinya.
Rasulullah SAW bersabda ketika sahabat Abdullah bin Amr bin Ash berpuasa disiang dan malam hari, “Janganlah lakukan, karena sesungguhnya matamu memiliki hak yang harus engkau tunaikan, badanmu memiliki hak yang harus kau tunaikan, keluargamu memiliki hak yang harus kau tunaikan, maka puasa dan berbukalah, shalat dan tidurlah." (HR. Muslim).
Maka masihkah kita ragu untuk menunaikan amanah berupa penjagaan tubuh kita?


Kedua. 
Allah telah memberikan akal dan hati yang tak kalah sempurnanya. Yang dengannya kita mampu berpikir dan merasa. Memiliki kecerdasan tiada tara, hingga dapat mengukir prestasi di mana-mana. Memiliki perasaan yang lembut dan menyejukkan, menjadi penenang bagi orang-orang di sekitarnya.
Tahukah kalian muslimah? Akal dan hati adalah nikmat luar biasa yang dilebihkan untuk manusia. Yang menjadi pembeda antara manusia dengan mahkluk Allah yang lainnya.
Maka amanah kita adalah menjaga keduanya. Akal dan hati.
Gunakanlah akalmu untuk menelaah kalam dan ciptaanNya. Isilah untuk hal-hal yang bermanfaat saja, yang akan mendekatkanmu padaNya. Ada beragam ilmu yang harus kau kejar, sebagai bekal untuk mengejar masa depan yang bersinar. Ilmu tersebut, tentunya terdiri atas ilmu keIslaman, ilmu umum dan wawasan kontemporer, serta ilmu-ilmu pelengkap lainnya. Itulah wujud menjaga amanah berupa akal.
Dan untuk hati? Tentu kita semua juga tahu, bahwa menjaga hati adalah menghindarkan hati dari noda-noda. Maka, jauhilah celah-celah maksiat yang ada di dekat kita. Jauhilah bisikan demi bisikan setan yang tak pernah lelah mengelabuhi manusia. 
Menjaga hati dapat pula dengan mendekatkan diri pada apa-apa yang akan menambah kecintaanmu padaNya serta menjauhkan diri dari apa-apa yang akan mengurangi kecintaanmu padaNya. Banyak-banyak tilawah, banyak-banyak dzikir, serta berkumpul dengan orang-orang sholeh dan sholehah. Tentunya semua itu akan membuat hati kita lebih terjaga. Menjaga hati pun erat kaitannya dengan mata dan telinga. Sembari menjaga hatimu, jagalah pula mata dan telingamu, muslimah.
Tetaplah khuznudzon atas skenarioNya!


Ketiga. 
Allah telah memikulkan banyak peranan bagi kita, muslimah.
Sebagai seorang anak. Kita mempunyai kewajiban untuk menjaga keridhoan ayah dan ibu kita. Mengapa? Karena ridho mereka akan membawa kita pada keridhoanNya. Maka sudah sepantasnya kita berbakti kepadanya, ta'at kepadanya, serta berusaha menunaikan hak-hak mereka. Ingatlah muslimah, betapa kuatnya ibu, yang puluhan tahun mampu, membesarkan dan mendidik kita dengan sekuat tenaga, hingga akhirnya kita dapat berdiri tegak. Ingatlah jua, do'a ayah yang selalu terselip dalam untaian nasehatnya. Cinta yang terukir dari bulir-bulir keringat yang mengalir dari darinya. Semua karena cinta. Cinta adalah amanah untuk dijaga. Berusahalah memberikan yang terbaik untuk mereka, muslimah!
Saat kita berjumpa dengannya, harus ada senyuman yang terlukis di wajahnya. Karena kebanggaan atas kita, anaknya.
Sebagai seorang saudara. Saudara untuk adik kita, di mana kita dituntut untuk memberikan contoh yang baik untuknya. Karena kita lahir lebih dulu, itu artinya ada lebih banyak ilmu dan amal yang kita punya. Dan tugas kita adalah berbagi serta menjadi pemandu bagi adik kita. Saudara untuk kakak, di mana kita pula dituntut untuk menjadi adik yang cerdas dan penurut. Mengingatkan ketika ada cela muncul di antaranya. Jangan takut, usia bukan penghalang untuk saling menasehati dalam kebaikan. Dan ada kalanya, kita harus mendengar, sapaan dan perkataan dari mereka. Dari sanalah, kita belajar dari seorang kakak, yang lebih dahulu menyelami asam garam kehidupan di dunia.
Juga sebagai saudara atas sesama muslim lainnya. 
“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (Al-Bukhari dan Muslim). “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (Muslim)
Sebagai seorang istri/calon istri. Kita muslimah, memiliki tuntutan besar. Untuk menta'ati suami, serta berbakti padanya. Menjadi penenang hatinya, menjaga hartanya, serta memenuhi segala kewajiban seorang istri kepada suaminya, serta menunaikan hak suami atas istrinya. 
Sabda Rasulullah SAW, “Perempuan (istri) adalah pemimpin di rumah suaminya dan bakal ditanya tentang kepemimpinannya itu serta tentang harta suaminya.” (HR. Bukhari-Muslim)“Sebaik-baiknya perempuan (istri) ialah yang menyenangkanmu jika engkau memandangnya.” (HR. Tabrani)Rasulullah bersabda, “Sebaik-baiknya istri ialah jika memandangnya kamu akan terhibur. Jika kamu menyuruhnya, ia akan menurut patuh. Jika kamu memintanya melakukan sesuatu, ia memenuhinya dengan baik, dan jika kamu bepergian, ia menjaga dirinya dan harta bendamu.” (HR. Nasa’i) 
Demikianlah Allah menyampaikan perintahnya pada kita. Untuk tetap setia menemani perjalanan suami dalam bingkai cerita pernikahan.
Sebagai seorang ibu/calon ibu. Tahukah engkau wahai muslimah, bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Di mana seorang ibu akan menuntun anaknya sejak dalam kandungan hingga lahir menjadi seorang insan yang sholeh dan sholehah. Membesarkannya penuh kasih sayang dan cinta, menanamkan nilai-nilai yang sesuai dengan syari'atNya, memberikan bekal yang cukup tahap demi tahap hingga mampu melihat anaknya tumbuh dewasa, menggapai mimpi-mimpinya. Tugas seorang ibu untuk mencetak generasi masa depan yang akan menjadi bagian dalam kejayaan Islam.
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An Nisa: 9)
Bukankah ini amanah yang sangat besar, hai muslimah?
Sebagai anggota masyarakat. Manusia telah diciptakan Allah berada dalam suatu kaum. Suatu jamaah. Dan dalam kumpulan manusia. Dari sanalah, manusia belajar untuk berinteraksi dan berbagi satu sama lainnya. Belajar juga untuk memberikan manfaat.

“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedang dia itu mukmin, maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta Kami akan memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan.” (QS. An Nahl: 97)

Maka muslimah, sebagai anggota masyarakat, kita wajib untuk memberikan konstribusi nyata di dalamnya. Dalam bentuk bersikap baik dengan tetangga, teman profesi, hingga ke tataran pemerintah. Muslimah harus berperan aktif dan tanggap terhadap isu-isu yang ada.


Keempat, terakhir.
Karena biar bagaimanapun, seorang muslimah tetaplah seorang hamba. Yang Allah ciptakan, tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk beribadah kepadaNya. Hanya untuk ta'at kepadaNya.
"If its not for You, then for who?" (nm)
Maka di manapun dan kapanpun kita berada. Dalam kesendirian maupun keramaian. Dalam kebahagiaan maupun kesedihan. Dalam setiap masa dan keadaan.
Pahamilah.
Bahwa semua yang kita lakukan ini karenaNya, semua ini untukNya. Karena segala aktivitas kita, akan tertuju padaNya, sebagai seorang hamba.

Jika semua ini bukan untuk Allah, lalu untuk siapa?
Ketika kau masih mempunyai jawabannya, maka tanyakan kembali pada diri kita.
Seberapa luas cinta untuk Allah di hati kita?
Seberapa berharganya cinta dan perhatian untuk yang lain, hingga kita tak mampu menerima dan menjalankan segala amanahNya?

"Man 'arofa nafsahu, faqod 'arofa Robbahu"
Allah telah menyampaikan bait-bait cerita tentang amanah-amanah kita sebagai seorang muslimah.
Atas semua alasan di atas, masihkah engkau ragu muslimah, mengapa kita harus AMANAH?


Ada begitu banyak tanggung jawab, kewajiban, dan hak yang harus kita tunaikan. Ada beragam cinta yang tak pernah meminta balasan, hanya keberanian untuk membuktikan.
Maka sampaikanlah cintamu padaNya, lewat amanah yang terjaga. Sampaikanlah syukurmu padaNya, melalui ikhtiar demi ikhtiar yang kau rajut untuk meraih ridhoNya.


Ini semua untukNya, muslimah.. Karena amanah tak pernah salah memilih, Karena amanah ini dari Allah untuk kita.. Tunaikanlah, sebaik-baiknya.. :)

Sesederhana itu


Sejak masuk kuliah, sejak saya mendengar nasehat dari seorang yang jauh di sana..
"Pegang semua di tangan, jangan di hati. Maka sewaktu-waktu mereka pergi, tinggal dilepas saja. Tak akan membekas di hati."

Itulah yang selalu saya pegang..
Untuk kata-katanya pula. Bahwa "Sahabat itu hilang timbul, keluarga pun memiliki masa tersendiri. Tapi Ia, selalu ada. Allah selalu ada."

Ya, begitu sulitnya mencari sosok yang dapat mengerti, mengiringi langkah ini. Menyusun mimpi dan targetan besar untuk masa depan.

Maka di manapun dan kapanpun kita berada..
Dalam kesendirian maupun keramaian..
Dalam kebahagiaan maupun kesedihan..
Dalam setiap masa dan keadaan..

Pahamilah.
Bahwa semua ini karenaNya, semua ini untukNya.
Karena segala aktivitas kita, akan tertuju padaNya.

Coba pikirkan pula.
Jika semua ini bukan untuk Allah, lalu untuk siapa?
Ketika kau masih mempunyai jawabannya, maka tanyakan kembali pada dirimu.
Seberapa luas cinta untuk Allah di hatimu?
Seberapa berharganya cinta dan perhatian untuk yang lain, hingga Engkau tak mampu menerima dan menjalankan segala ketetapanNya?

"Man 'arofa nafsahu, faqod 'arofa Robbahu"
Untuk sahabat di sana, Nafsa Muthmainna. Terimakasih. :)






Galau Amanah, Galau Dakwah

tik tak tik tak
waktu berdetak

Sudah tiga bulan? Ya, sudah tiga bulan. Amanah ini saya, kamu, dan kita semua pegang.
Ada banyak titik, di mana saya seringkali galau menatap ke belakang, ragu menatap ke depan.


Apa saja yang sudah saya perbuat? Apa saja yang telah saya usahakan?
Saya merasa, baru sedikit. Kinerja kita belum maksimal.
Entah di mana celahnya, hingga ada banyak titik di mana kita terkulai lemah tak berdaya.
Seolah tak bisa mengusahakan apa-apa.


Keoptimisan saya, tak ada artinya, ketika tak disertai dengan keoptimisan kalian semua.
Gerak saya, tak akan selaras, ketika kita semua masih berbeda arah.


Saya galau. Teringat kata seorang teman, sebut saja Aravinda. Dari seorang temannya berkata, "Galau yang boleh dipelihara adalah galau amanah."
Mengapa galau?

Pertama, karena amanah ini, akan dipertanggungjawabkan kelak di hari akhir. Saya takut, takut sekali, melihat apa yang saya bawa, apa yang saya berikan untuk kalian semua belum maksimal. Melihat kita yang tak semangat, lelah, saya semakin takut. Bahwa diri ini belumlah mampu memberikan yang terbaik untukNya. Belum mampu berkontribusi lebih atas nama LDF.
Kalau boleh saya minta, ayolah teman, kita bangkit dan bergerak bersama!
Keberadaan kalian dalam kebersamaan kita, akan menjadi sebuah kekuatan besar yang membuat kita bertahan sampai akhir. Sesulit apapun.

Kedua, karena sepertinya kita masih belum memahami, mengapa harus ada kita di sini? Mengapa harus kita yang berada di deretan atau baris paling depan untuk memperjuangkan agamaNya?
Ya, karena kita adalah yang terpilih. Tentu, bukan karena kita yang terbaik. Tapi karena Allah yang memilih kita untuk mengembannya, memberikan kesempatan untuk belajar, membangun kedewasaan tepat pada waktunya. Saya paham, beragam rintangan kerap kali menjadi halangan untuk melangkah ke depan. Komunikasi yang belum lancar, kemalasan yang datang, ketidak pedulian, kekecewaan, pesimis, atau apapun itu, terlontar dari ucap bibir kita. Hingga akhirnya menyeret kita semua, pada satu kata. MENYERAH.
Padahal bukan seperti itu, Allah mendidik kita. Allah telah menganugerahkan kita berbagai nikmat dan ujian dalam rangka akselerasi keimanan. Maksudnya?
Ya, amanah-amanah yang kita jalani ini, punya banyak makna dan pahala.
Lembaga Dakwah Fakultas, asingkah dengan namanya? Terkadang saya sendiri masih merasa, cap LDF di pundak saya terlalu berat. Cobalah berpikir:
"Bahwa amanah ini adalah salah satu nikmatNya untuk meraih amalan baik sebanyak-banyaknya, melalui upaya kita menempuh jalan yang diridhoiNya. Merupakan satu jembatan untuk lebih dekat menuju surgaNya. Nikmat bukan?"
"Bahwa amanah ini adalah salah satu ujian untuk belajar mengerti dan melihat lebih luas, segala yang ada di sekitar kita. Kita diwajibkan menganalisa kebutuhan kampus akan keIslaman. Saya yakin, kalian paham kondisi kampus kita. Di mana, tanpa adanya sebuah LDF, mungkin warna Islam akan luntur perlahan. Tak masalah ketika baru sedikit yang tertarik. Itulah tantangannya. Kita harus pikirkan bersama, bagaimana agar dakwah ini lebih luas."
"Bahwa amanah ini adalah salah satu jalan untuk mengakselerasi keimanan. Ketika kita mampu berdiri di saat jatuh, berusaha mencari dan menjadi cahaya menuju binar sinar kasih sayangNya. Tak apa ketika langkah kita terseok, bahkan tertatih. Tapi yakinlah, bahwa cahaya iman akan semakin bersinar dalam hatimu. Melalui keikhlasan hati kita menjalaninya. Sabar dan syukur."
"Bahwa kita punya tantangan yang lebih untuk membuat kampus menjadi lebih baik. Lekat dengan warna-warni keIslamaman, melalui pendekatan keilmiahan dan kedokteran." 
"Dan bahwa kita semua akan bergerak bersama untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang telah kita susun sebelumnya."
Ketiga, karena saya tak mampu sendiri. Sungguh, keberadaan kalian di samping saya, sudah lebih dari cukup. Ketika saya melihat, senyuman tulus mengalir indah, kalimat-kalimat thoyibbah meluncur, dan membagi cahaya di saat kita sendiri hampir padam. Ya, itulah yang akan membuat kita bertahan!
Karena kalian tak pernah berada dalam kesendirian. Inilah dakwah: banyak tantangannya, tiada akhir, dan orangnya sedikit.
Jadi, saya ingin semua ini tak membuat kita lengah, gundah, bahkan, merasa lemah untuk melangkah. Jangan, jangan jadikan semua ini alasan untuk berhenti. Jangan, jangan jadikan semua ini menjadi pemicu retak di antara kita. Kalian jauh lebih bermakna, dibandingkan dengan meraka yang ada tapi tiada.

Terakhir, karena saya tak ingin melihat kalian merasa kita kekurangan. Kita cukup, kita cukup. Hanya kita tak menyadari. Ingatlah, bahwa kereta kita harus tetap berjalan.
Sunatullah, ketika ada yang berguguran di jalan dakwah. Tugas kita adalah tetap mengajak dan memberikan kesempatan untuk belajar. Tetapi saya tak ingin, ini semua menjadi kendala kita untuk berbuat lebih. Dengan alasan, "kurang orang", "kurang maksimal", "kurang siap sedia", atau "kurang yang lainnya".
Lihatlah yang ada di dekatmu, berundinglah, lalu bergegaslah untuk berlari. Apa yang bisa saya lakukan dengan SDM yang ada (tampak nyata)? Agar kereta dakwah tak terhambat jalannya? Agar syiar Islam tetap bisa berjalan?
Jangan terlalu fokus dengan mereka yang mulai terantuk-antuk, atau kesibukan-kesibukan lainnya. Pekalah dengan kondisi, pekalah dengan situasi. Jadi, saya tak ingin lagi, kekecewaan atas ditinggalkan dan diabaikan mengerogoti hati-hati kita. Sudahlah, tetap istiqomah.
Menangkanlah logika dan perasaanmu, kalahkanlah bisikan syaithon!!! :)

Empat hal itulah yang membuat saya galau, seringkali galau.
Ketika harus merelakan detik demi detik hilang begitu saja. Tanpa ada manfaat yang lebih untuk diri ini dan sesama.
Andai saja, kita pahami semua itu. Maka tak akan ada hati-hati yang tersakiti, waktu-waktu yang terlewati, kesempatan-kesempatan besar yang tak tersentuh sama sekali.


Perlu kalian yakini, kita akan selalu bersama. Memperjuangkan semua ini di kampus kita.
Hingga kelak, suatu saat nanti kita akan merindukannya, mengenangnya sebagai masa-masa kejayaan anak muda yang berhasil menorehkan jejak di kampusnya. 
Kampus yang dinamis, maka gerak kita harus sinergis.. 
Ya kawan??
WE ARE NOT SUPERMAN, WE ARE SUPERTEAM!!! 
Yuuuuk, kita munculkan Ide-ide Besar, ciptakan Perubahan Besar, untuk Berbuat Besar!

Untuk satu mimpi, visi dan misi, yang kita usung tahun ini:
Dekat bersahabat, semangat bermanfaat!!! :)


Sayuti, 14 April 2012
Baiti Jannati, Kosan Sayuti

Senin, 09 April 2012

Yang terbaik untukmu, bu

Bismillahirrohmanirrohim.

Allah, tak pernah kau rencanakan skenario, yang lebih indah dari ciptaan makhlukMu..
Karena ku tau, rencanaMu adalah yang terindah..

Sungguh Allah, jika ditanya bagaimana perasaanku kini, jawabnya tak karuan.
Cukup Engkau dan blog ini sajalah yang tau Allah, agar diri ini tak terlalu banyak mengeluh.

Besok ibu menjalankan operasi. Operasi pengangkatan tumor di bagian tertentu. Dari sana, akan dikirim sediaannya ke lab PA, lalu ditelisik apakah sifatnya jinak atau ganas.
Itu artinya, pemeriksaan radiologi sudah dilalui? Ya, benar.
Aku tau dan bisa membaca hasilnya, meskipun belum paham benar apakah diagnosisnya tepat. Dan harapku, yang sesungguhnya tak serupa dengan hasil yang terbaca.
Bukan maligna, tapi benigna.

Ibu, maafkan diri ini yang tak bisa ada di sampingmu. Dua jam atau sejam, bahkan semenit pun raga ini tak mampu ada di sana. Maaf ibu..
Mb dia hanya bisa mendoakan, sembari berharap dan menggantungkan semua harapan padaNya. Semoga semua kan baik-baik saja, baik seminggu lagi hingga hasil PA keluar, maupun minggu-minggu selanjutnya..

Ada rasa menyesal, kenapa permintaan ibu untuk kepulanganku di liburan kemarin tak kupenuhi. Dengan alasan kehabisan tiket kereta? Padahal aku bisa saja memaksa pulang naik bus atau travel. (meski belum pernah)
Itu karena, pengetahuanku hanya ibarat tinta yang menetes di tengah lautan, jika dibandingkan dengan pengetahuanNya. Aku tak bisa menduga.

Pasrah dan tawakal pada Allah, semua telah tertuju hanya padaMu.
Yang terbaik ada di tanganMu. Maka tak pantas aku bersedih dan merasa lemah, Allah.

Bersabarlah ibu, jangan khawatir. Meski ananda jauh di sini, do'aku akan selalu ada untuk engkau. InsyaAllah. Seperti do'a ibu dan bapak yang tiada pernah henti mengalir untuk ananda.
Dari dulu, ku selalu coba memahami arti air matamu. Seperti saat ini, aku tau hati ibu gundah.
Ibu kuat, selalu menguatkanku. Tak pernah ingin terlihat lemah di hadapanku, ayah, dan adik. Aku tak ragu, ibu akan kuat pula menjalani ujian kecil ini. Kenapa kecil kataku? Ya bu, karena ketika ibu dan kita bisa melaluinya, di depan sana akan ada ujian yang lebih besar lagi.

Allah bersama kita, bu. Allah selalu ada.
Salam cinta dan rindu terdalamku untuk ibu. Semoga besok operasi berjalan lancar..
Mb dia sayang ibu karena Allah Ta'ala..

Allah, jagalah ibu dan ayahku, saat pengawasanku tak sampai padanya.. :'( :')

Kamis, 05 April 2012

Senjaku di hari Rabu

Harusnya saya belajar ya. Tapi tampaknya, layar laptop malam ini menarik hati saya, lantas berhasil membuat jari-jemari gemelitik mengetik di atas keyboardnya.

Sore ini.
Saya melalui dua perjalanan, yang dua-duanya sebenarnya bisa dibilang tanpa makna.
Tapi saya yakin, tak pernah ada yang sia-sia. Karena ada juga pelajaran dan pengalaman yang bisa dipetik di dalamnya.

Jaga di klinik Mer-C.
Awalnya saya ragu, apakah sore ini akan jaga atau tidak? Dari lubuk hati yang paling dalam, saya ingin pulang cepat, maksimal pulang maghrib.
Tapi sudah dua pekan, saya menghilang dari jaga, tak menunaikan tugas saya. Minggu lalu rapat FSI disertai dismenor, minggu sebelumnya hectic ujian.
Hmm, ragu-ragu. Bisikan setan nampaknya lebih kuat. Sms tertuju ke dokter jaga hari ini, tak ada balasan. Semakin memperkuat 'aras-arasen' yang saya rasakan.

Dengan mengucap basmalah, saya berhasil melawan rasa-rasa malas itu. Pukul 16.35. Sudah lewat 35 menit dari jadwal. Hampir sampai di gerbang samping gedung FK, didekat pos satpam. Saya teringat, uang saya tinggal 4000 rupiah. Alias, cuma cukup untuk berangkat pulang Salemba-Kalipasir naik angkot (@Rp 2.000,00).
Cukup lah ya, insyaAllah kan dapat rezeki sepulang jaga.
Tapi karena takut terjadi sesuatu yang di luar dugaan, saya ambil uang saja secukupnya, di atm.
Lalu saya naik angkot 01. Tenang-tenang saja.
Hingga kejadian tadi menelisik ketenangan saya. Hehe. Tiga orang komplotan pencopet masuk angkot. Awalnya saya biasa saja. Tampakannya seperti orang pulang kantor, dengan tas apik, unik, antik.

Mereka, satu orang di depan saya, dua orang di samping saya. Terapit tanpa sadar. Saya di belakang sopir. Hmm, aneh ya. Kok si bapak depan saya ini menaruh tasnya tepat di atas tas saya. Tangan satunya terjepit di antara tas saya dan dia. Menangkap gelagak aneh, saya hanya melihat wajah si bapak. Diam. Begitu tangan yang terjepit itu diangkat ke atas, yak..
Saya meraba-raba retsleting (perlu search kata di KBBI) tas saya, alhasil terbuka seperempatnya. Tangan saya menyelinap masuk ke bagian bawah hisnul muslim yang selalu saya bawa ke mana-mana. Alhamdulillah, si bapak bukan pencopet. Hape saya masih ada. Mungkin saya lupa belum menutup tas.
Saya masih sempat berpikiran positif. Ga aneh-aneh. Hingga keanehan berturut-turut terjadi.
Tiba-tiba bapak yang di sebelah saya gantian beronar. Dia menjatuhkan tubuhnya ke arah kiri, sambil bergaya aneh. Sesekali saya lihat seperti tampakan orang partial seizure, kejang sebelah. Dengan aura.
Si bapak di depan saya, cuma bertanya-tanya. "Kenapa Pak, Kenapa Pak?"
Lalu bilang pada ibu-ibu dan semua orang di dalam, "Kejang pak."

Huoo, saya semakin khawatir, kejang beneran. Di pikiran saya, muncul ingatan tentang diazepam. Hmm, juga tatalaksana emergency pasien seizure.

Mau saya tolong, mikir-mikir. Eh, kok tiba-tiba bapak ini normal lagi. Yang awalnya berpose ga jelas, miring-miring ke samping, hampir tiduran. Tiba-tiba duduk dengah yakin sambil mengangkat kunci dan uang sepuluh ribu. Entah dari mana. Tepat setelah bapak duduk, ibu-ibu di sebelahnya teriak.
"Pak, pak, tas saya kebuka. Hape saya ga ada, hape saya."

Bapak terduga pasien epilepsi inipun segera turun, entah kenapa. Saya masih berpikir, mungkin ingin segera menenangkan diri, takut kejang lagi di dalam angkot.

Bapak yang di depan saya bilang, "Mungkin jatuh bu hapenya, tadi lupa belum nutup tas. Coba dicari hapenya.."
Ibu bilang, "Oia, mungkin lupa nutup pak. Tadi itu si bapak kenapa ya?" Sambil nyari-nyari hape di tas.
"Nyari kunci bu. Tuh hapenya ada di kaki, untung ga keinjek." Eh buru-buru, dua orang bapak yang tersisa turun buru-buru. Tanpa alasan.

Akhirnya kita ngobrol-ngobrol, penumpang angkot yang tersisa. Ibu yang hapenya tiba-tiba di kaki ini mulai menyadari. Kayaknya bapak tadi emang pencopet deh pak, masak iya hape saya ada di bawah, dan tas saya kebuka.
Pak sopir tergelitik, "Kenapa bu?"
"Iya pak, tas saya kebuka."
"Ada yang hilang? Hape?"
"Engga pak, tapi tiba-tiba di bawah, di kaki saya."

Ributlah angkot, oooo ternyata semuanya pencopet tuh. Janjian bertiga. Yang satu aksi, yang satu ngebela, yang satu lagi ngambil. MasyaAllah, Allahu Akbar!!!
Saya tak percaya, orang-orang tadi berbuat demikian. Alhamdulillah, Allah masih menjaga rezeki yang dititipkan ke saya. Hape.
Antara deg-degan dan takut kelewatan, saya memperhatikan jalan. "Pak, pak, kiri pak."
Kehebohan angkot hampir saja membuat pak sopir tak menghiraukan suara saya.
Saya turun, dengan langkah tergesa, telat.
Alhamdulillah.

Sesampainya di Klinik, saya tertegun sendiri membaca pesan pendek di depan pintunya yang terkunci rapat.
"Klinik tutup Rabu-Jum'at. Buka lagi Senin." Glodyaaak, apa-apaan ini ya Allah?

Ndak popo nduk, itu artinya kamu memang disuruh pulang cepat. (hibur saya dalam hati)
Alhamdulillah, saya tadi sempat ambil uang. Jadi masih bisa pulang.
Setelah ini, langsung ke kosan. Tidak perlu ke kampus lagi. Pukul 17.15.

Sampe di tengah jalan, saya dapat sms dari atasan saya.
"Asslm en, dtg ke HUT Bursa?"
"Wa'alaikumussalam. Di mana?"
"Sore ini di anat?"
"Siapa aja yang datang?"
"Ajak-ajakin yg lain en. Memang mendadak infonya."
"Sip, tapi aku lagi di luar, bentar lagi sampe kampus. Ikut?"
"Lagi ada Mou Sirkum en."

Hmm, saya putuskan kembali ke kampus.

Lalu setibanya di FSI, saya mengajakn dua orang teman saya untuk hadir sejenak ke anatomi, HUT BURSA. Jalan menuju lokasi, sepi sunyi.
Saya buka pintu anatomi, "locked". Terkunci. Cepat sekali ya, jam segini sudah selesai.

Tanya ke ketua Bursa, "HUT nya udah selesai ya?"
"Acaranya besok kamis, bukan hari ini."
:'(

Saya dikerjain.
"HUT Bursanya besooook -______-"
"Ooo besok, afwan ya en, hehe."

Kau kira, semudah itu berkata afwan dan hehe?
Sabar sabar.. :)

Begitulah. Akhirnya saya pulang saja.

Perjalanan singkat, yang ketika dituliskan, mampu menjadi untaian panjang cerita.
Saya dapat pelajaran.
1. Jauhi yang namanya aras-arasen tidak beralasan. Katakan ya, atau tidak. Untuk alasan dan tujuan yang jelas.
2. Bawa uang untuk jaga-jaga, jangan suka bawa pas-pasan. Kita tak pernah tau, apa yang akan terjadi nanti.
3. Berpikir positif itu bagus dan harus, tapi jangan terlalu berpikiran positif sama orang. Jangan polos-polos to nduk.. Hehe.
4. Ikhlas menjalani segala hal. Kalaupun hasilnya tidak seperti yang diinginkan, tapi kan langkah kaki dan niatnya akan tercatat sebagai amal. Sabar syukur senyum.
5. Jangan mudah kecewa. Percaya, Allah punya rencana, yang terindah.
6. Tetep semangaaaaat! :D

Cerita eh cerita, ternyata kliniknya tutup karena g ada dokter jaga. Hari ini dan besok ada baksos di Cikeas, dan klinik diliburkan sementara waktu.

Baiklah. Terimakasih Allah.. :)