Kamis, 12 Juli 2012

Mengena


Detik waktu terus berjalan
Berhias gelap dan terang
Suka dan duka, tangis dan tawa
Tergores bagai lukisan

Seribu mimpi berjuta sepi
Hadir bagai teman sejati

Di antara lelahnya jiwa
Dalam resah dan air mata
Ku persembahkan kepadaMu
Yang terindah dalam hidupku

Meski ku rapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepadaMu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah padaMu

Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintaiMu
Dalam dada ku harap hanya
Dirimu yang bertakhta

Detik waktu terus berlalu
Semua berakhir padaMu

-Rapuh Opick-

Sepiring nasi

Sepiring nasi..
Ya bapak, tiba tiba aku teringat satu hal yang selalu kau contohkan..
Makanlah sampai bersih.
Jangan sisakan satu nasipun, kalau mampu.
Mengapa?
Pertama, itu wujud syukur pada Allah, masih banyak orang yang ga bisa makan.
Kedua, selagi masih bisa makan, jangan siakan setiap kesempatan untuk meraih barokahnya. Ambil manfaat sebanyak-banyaknya.
Ketiga, wujud bakti sama orang tua.
Keempat, itu tanda kita cinta kebersihan. hehe.

Bahkan sampai sekarang, masih terus kucoba untuk tak pernah menyisakan nasi di atas piring.
Baru sekarang pak, saat jauh, aku merasa bahwa setiap nasihat dan sikapmu, begitu bermakna.
Terimakasih Allah. Kangen bapak, ibu apalagi.. :''))

Rabu, 20 Juni 2012

Selepas membaca

Teruntuk seseorang di sana, yang begitu peduli..


"Kecepatan gerak adalah kunci dari pembebasan, seluruh sumber daya yang kita miliki harus dikumpulkan secara cepat, agar bisa memberi pukulan mematikan bagi musuh. Penaklukan ini adalah harga mati! Bila aku harus memimpin Utsmani tanpa Konstantinopel, lebih baik aku tidak menjadi pemimpin sama sekali!" 
(Muhammad Al Fatih, 'Mas Mehmed')


Jaga semangat kita! Bawa semangat Mas Mehmed!
Akan sebuah harapan, pertolongan dan kemenangan dari Allah..
Karena kita tak pernah tahu apa yang ada di penghujung jalan..


Galau dokter masa depan, punya privilege lebih untuk dipelihara.
Semangat menyambut maba! :)

Lagi-lagi, Galau

Puas, tidur 3.5 jam. Setelah berniat ingin rehat dan melupakan semua yang ada di pikiran, sejenak.

"Saya lihat, kamu agak berbeda akhir-akhir ini."
"Ya kak, saya lebih berani."
"Bahkan setiap masukan saya, kamu tekel. Tapi bukan karena saya."
"Bukan kak. Sip, saya mengerti."
(Berpikir)

Kereta ini, sudah hampir setengah tahun berjalan. Dilihat oleh banyak penumpang dan banyak orang luar. Apa karena istimewa? Bukan, karena kereta ini tampak teduh sedari dulu. Nyaman bagi orang-orang yang berada di dalamnya.


Perbaikan demi perbaikan telah dilakukan, bahkan perubahan demi perubahan. Untuk kereta yang lebih baik. Kita tambal setiap lubang yang mengganggu pandangan mata, kita bersihkan isinya, kita penuhi cadangan batu bara, lalu kita hias seindah mungkin. Bahkan kita pahamkan setiap orang yang berada bersamanya, "Kereta ini harus tetap melaju, kereta ini harus  punya pencapaian. Dan semua peran itu, ada di kita".


Betapa sulitnya. Ketika harus terseok-seok penuh arti, untuk menyemai sinar layaknya mentari. Menyebar kebermanfaatan bagi sesama, dekat dan bersahabat.
Tetapi begitulah kehidupan, ada banyak hal yang terkadang masuk, menyelinap, menggerogoti. Akan perasaan ingin berhenti
Menyatukan visi penumpang memang tak mudah. Sesekali aku diam dan berpikir, "Ide sudah digali, tapi belum mampu terealisasi. Sedang mengusahakan."
Sesekali seseorang di dalamnya bertanya, "Mengapa tak kita coba saja?"
Yuuk.
Atau sesekali juga seseorang bertanya, "Mengapa masih sama saja dengan perjalanan kereta kita tahun lalu?"
Dug.. Nuraniku yang paling dalam tersentil. Aku paham, aku paham. Ketika penumpang senior berkomentar, ingin agar kereta tahun ini berjalan dengan lebih baik. Dengan masinis dan awak kereta yang muda. 


Tapi percayalah, kita semua sedang berusaha. Coba lihat lebih dalam, lebih. Tidakkah terlihat lubang-lubang tengah ditambal, hingga kita tak harus kebasahan karena dinding kereta yang bocor. Tidakkah terlihat semangat penumpang yang mulai membara, ketika di akhir perjalanan lalu sempat memadam, ketika kita harus memantiknya kembali sekuat tenaga. Tidakkah terlihat setiap bekal yang berusaha kami bagi, ketika semenit, sejam, beberapa saat, kereta berhenti, lalu menumpahkannya ke penduduk sekitar. Tidakkah terlihat positifnya? Lalu mengapa harus retak-retak kecil yang selalu diangkat?
Tidakkah terlihat? Tidakkah terlihat? 

Allah, mungkin kesabaran yang tengah kau uji. Taatkah untuk menghadapi semua ini.
Bukan tak ingin aku mendengar. Hanya saja, dalam hati terjadi penolakan besar.
Kita tengah berusaha, perlahan. Mimpi-mimpi tengah disusun, proses perencanaan tengah diatur, dengan waktu-waktu yang tengah dibagi agar setiap strategi berjalan sesuai idealisme kita.
Maka bersabarlah. Ketika perubahan nyata belum nampak di pelupuk mata, dan ketika kesannya sama-sama saja dengan tahun sebelumnya.
Tapi sekali lagi, percayalah, kita semua sedang berusaha.
Coba lihat lebih dalam, tak setitik pun kau lihat adanya perubahan?
Maka maaf, kalau akhir-akhir ini aku tampak mentekel setiap masukanmu kakak. Karena aku tak suka, dengan sikapmu yang terus saja membanggakan yang lalu-lalu. Atau menyama-nyamakan kegagalan yang ada di tahun-tahun lalu..
Coba lihatlah, kita tengah berbenah. Coba lihatlah, fokus perbaikan internal yang coba kita angkat tahun ini. Coba lihatlah, rencana keumatan yang tengah kita susun. Coba lihatlah, coba lihatlah.
Maaf. Karena aku menghargai, setiap peluh dan tetes keringat dari setiap awak kereta. Mungkin kasat mata, tapi tampak begitu bersahaja. Karena aku mengetahui, setiap upaya mereka meredam keluh yang kerap kali membuat hati luluh. Ya bisa dibilang, kita telah mengakhiri tahap perbaikan karakter, perbaikan niat, perbaikan ruhani. Melangkah pada fokus eksternal, menebar cahaya dan manfaat sebanyak-banyaknya.
Semua ada waktunya.

Itulah mengapa, biarkanlah kereta ini berjalan sesuai dengan mimpi dan target yang telah kita rangkai, di awal tahun perjalanan.
Tunggulah, tunggu, hingga semua mata terbelalak..
Akan ada saatnya, mungkin bukan sekarang, tapi keyakinan kami berkata, PASTI. :')


(penutup kegalauan malam ini)





Selasa, 12 Juni 2012

Jejak hariku


Hari ini, akan menjadi saksi perjalanan dan kisah kita. Apakah Allah akan melabuhkan kita di sini, atau Allah telah menyiapkan tempat lain di sana, yang tak pernah kita mengerti. Perjuangan akan terus dimulai, tanpa awal dan tanpa akhir. Seperti hari ini, akan berbicara tentang sebuah mimpi indah masa depan. Percayalah pada dirimu, optimis dan jangan pernah ragu. Bismillah, Semangat! (enni, menjelang ujian SIMAK UI)

Ya, itulah yang berhasil membawaku ke sini. Menjadi semangat tanpa batas hingga saat ini.
Hampir tiga tahun menjejakkan kaki di kota besar yang asing dan keras. Yang pada awalnya aku ragu menapaki langkah demi langkahnya, ibarat anak kecil dari daerah yang lugu polos tak tau apa-apa lalu mencoba meraih penggalan-penggalan mimpinya.

Jakarta, aku akan menaklukkanmu! Begitulah jargon yang terus kubawa hingga saat ini. Janji bersama yang telah ku azzamkan kuat, bersama dengan teman-teman lainnya. Bahwa di manapun kita berada kini, taklukkan lah. 
Hingga detik ini aku berdiri, hmm, ternyata tak sesulit dan seseram yang dibayangkan dulu kala. Duduk, diam, tanya, cari, lalu berkarya. Begitulah seharusnya.
Jangan pernah mau tertinggal di belakang, jangan pernah mau jadi orang yang tak pernah tahu, jangan pernah mau menurut pada sesuatu yang tak sesuai dengan keyakinan. Keraslah..

Belajar. Belajar. Dan belajar. Di sini aku lebih banyak belajar tentang beragam sisi kehidupan. Tentang bagaimana kehidupan penduduk dengan berbagai latar belakang sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, dll. Tentang bagaimana pemikiran orang yang terkadang aku sendiri keheranan. Tentang sebuah keikhlasan ketika harus bolak-balik Salemba-Depok. Tentang sebuah idealisme. Tentang sebuah impian. Tentang realita. Tentang bagaimana memahami. Tentang arti memberi. Begitu banyaknya.

Dan sekarang, ingin kukatakan bahwa. Aku tak pernah menyesal berada di sini. Alhamdulillah. Meski seringkali merindukan ketenangan kotaku tercinta, yang damai syahdu dan menentramkan jiwa.

Bukan perbedaan pula yang kuharap ada, tapi perubahan yang akan membawa diri ini pada sebuah kesudahan yang baik. Nanti, nanti, masih terbentang jutaan mil jalan di depan.
Maka, tenanglah, teguhlah, optimislah!
Semoga lidah dan hati ini tak pernah kelu untuk selalu bersyukur. Alhamdulillah atas segala nikmat detik demi detik waktu yang terkadang masih sering terlalaikan.. :)

Sekali lagi, dalam perjuangan tiada awal dan tiada akhir. Karena awal dimulai setelah akhir, dan akhir akan selalu berlanjut dengan awal yang baru. Begitu seterusnya, sampai kita kembali ke hadapanNya.
Maka bawalah dan carilah bekal sebanyak-banyaknya di dunia ini. Melalui mimpi yang akan terus terajut, melalui langkah yang akan tetap terayun, melalui keringat yang tak henti mengalir, melalui kata lelah, pasrah, melalui setiap detik dalam hidup ini dengan penuh kesadaran. Bahwa kita diciptakan bukan tanpa tujuan.
Berikanlah yang terbaik untuk hari ini. Allah telah berencana, maka kita harus selalu siap atas hasilnya.

Hati yang bertaut

Rindu ada untuk cinta yang terpisah jarak dan kala
Maka sepasang insan dalam pelukan rindu bagai dua mata

Tak berjumpa
Tetapi memandang ke arah yang tak beda
Tersenyum bersama
Menangis bersama
Kelak beroleh mimbar yang dicemburui nabi dan syuhada

Kawan, rindu ada untuk membuat doa-doa rahasia antara kita
Membumbung tinggi ke sisi Rabb Yang Maha Kaya
Yang kiranya memberi sambil berkata
"Dan begitu juga, seperti apa yang engkau pinta untuk ayah, ibu, kakak, adik, dan saudaramu tercinta.."

rindu = hati yang bertaut

Minggu, 10 Juni 2012

Seven Star Moslem Doctor and FSI FKUI


Seven Star Doctor bukan suatu istilah yang asing di telinga para mahasiswa FKUI. Kualitas bintang tujuh merupakan karakter yang diharapkan akan terbentuk dalam diri lulusan dokter-dokter FKUI.

Tujuh karakter tersebut ialah care provider, community leader, decission maker, manager, communicator, researcher, iman dan takwa. Setiap proses panjang dan perjalanan yang akan dilalui selama menempuh pendidikan di FKUI perlahan akan mengasah kemampuan kita dalam mencapai kualitas ‘Seven Star Doctor’. Tentunya hal ini tak mudah. Akan tetapi, ada banyak sarana dan kegiatan di kampus yang dapat menjadi jalan bagi kita -mahasiswa FKUI- untuk dapat mengaktualisasikan diri hingga kelak kita siap menjadi seorang dokter yang sejati. Salah satunya, melalui Pengenalan Sistem Akademik Fakultas (PSAF) dan masa bimbingan di FKUI.

Seven Star Doctor sebenarnya merupakan bagian yang telah ditetapkan oleh WHO, yang dikenal dengan Five Star Doctor. Karena dirasa kurang, ada dua poin penting yang kemudian ditambahkan oleh jajaran dekanat FKUI, hingga terlahirlah Seven Star Doctor. Dua poin penting tersebut ialah ‘researcher’ serta ‘iman dan takwa’.

Seorang dokter diharapkan mampu menjadi dokter yang peduli, hingga setiap hal yang dilakukan dan keputusan yang diambil benar-benar bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien. Selain itu, dokter juga diharapkan mampu menjadi ujung tombak pembangun peradaban di komunitas masyarakat, di mana karakter pemimpin sangat dibutuhkan. Setelah lulus dari program pendidikan S1 kedokteran, kita akan terjun ke masyarakat yang perlu dibina dan disejahterakan dalam bidang kesehatan. Akan ada banyak titik ketika kita harus mengambil berbagai keputusan, mengarahkan masyakarat, yang mungkin tak hanya terkait bidang kesehatan, tetapi hampir di semua aspek kemasyarakatan. Inilah mengapa peran dokter menjadi penting. Diperlukan kemampuan komunikasi yang baik hingga akhirnya kita mampu menjadi ‘agent of change’ yang akan membangun Indonesia masa depan.

Sebagai seorang dokter muslim, kita memerlukan modal utama dalam setiap aktivitas kita, yakni ‘iman dan takwa’. Karakter ini tak boleh lepas dan wajib menjadi target utama bagi kita, sebagai mahasiswa muslim. Dengan iman yang kuat, serta atas dasar takwa kita kepada Allah, segala hal yang nantinya akan kita lalui akan menjadi berkah dan bernilai lebih mulia. Sepanjang hidupnya, dokter akan menjadi seorang pembelajar sejati -long life learner-, sehingga akan lebih baik jika segala sesuatu dilandaskan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Penciptanya.

Untuk memfasilitasi karakter ‘iman dan takwa’ ini, FKUI memiliki sebuah lembaga dakwah fakultas, yang bernama Forum Studi Islam (FSI). FSI merupakan badan rohani Islam yang secara resmi berada di bawah Badan Eksekutif Mahasiswa Ikatan Keluarga Mahasiswa FKUI (BEM IKM FKUI). FSI menjadi wadah bagi semua mahasiswa muslim untuk senantiasa menjaga serta semakin memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Sehingga nantinya, kita semua akan menjadi dokter-dokter muslim yang profesional serta bermanfaat bagi semua.

I’m proud to be a moslem doctor, don’t you? J

Sudahkah Kita Bersyukur?



Alhamdulillah. Itu kata orang yang khas soal syukur. Apa iya syukur kita terbatas tiga belas huruf yang bisa terlantun dalam lima suku kata itu?

Yang namanya syukur identik dengan nikmat. Kalau kita dapat rezeki, bersyukur. Dianugerahkan badan yang sehat, kita bersyukur. Punya wajah kece, otak oke, baju perlente juga kita bersyukur. Begitu banyak nikmat yang dicurahkan Allah buat manusia. Lantas bagaimana kita menyikapinya? Ya dengan bersyukur.
Secara bahasa, syukur punya arti terima kasih. Ada terima, ada kasih. Meski kadang nikmat itu kadarnya tidak melebihi ekspektasi kita, dua unsur penting dari syukur ini baiknya selalu kita jadikan pegangan dalam menyikapi berbagai nikmat.

 Terima, maksudnya kita merasa cukup dengan apa yang telah kita dapatkan. Sedangkan kasih memiliki makna memberi, berbuat, atau secara umum mengejawantahkan nikmat dalam bentuk tindakan. Inilah yang menjadi aplikasi syukur dalam kehidupan kita. Di mana kita harus mampu menerima segala nikmat yang telah Allah berikan dengan penuh keikhlasan, lalu menumpahkan rasa syukur kita dalam amal kebaikan. Seperti itulah Islam mengajarkan kita, bahwa bentuk syukur ada tiga, melalui hati, lisan, dan perbuatan.
Lalu, bagaimanakah cara kita bersyukur kepada Allah?

“Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS. Al-Baqarah : 152)

Ada banyak hal yang patut kita syukuri. Mulai dari nafas yang tiap detik berhembus, nadi yang tiap waktu berdetak, yang jika sesaat saja berhenti, seluruh proses biokimiawi tubuh pun akan berhenti, akhirnya mati. Nikmatnya sehat dan waktu luang yang seringkali kita lupakan, padahal dua nikmat tersebut merupakan celah terpenting yang dapat mengarahkan kita pada kebiasaan bersyukur. Ditambah lagi dengan jutaan nikmat lainnya yang tak mampu kita menghitungnya, termasuk nikmat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Masihkah ragu untuk bersyukur?

 “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat dholim dan sangat mengingkari nikmat Allah.” (QS. Ibrahim: 34)

Seorang muslim memiliki dua karakteristik khas, sabar dan syukur. Dua sifat inilah yang harus mendarah daging dalam keseharian kita. Syukur akan menghindarkan kita dari keluh kesah yang berkepanjangan. Dengan hati yang senantiasa bersyukur, setiap langkah yang kita ambil akan membawa pada sebuah keyakinan besar. Bahwa nikmat Allah tak pernah putus, selalu mengalir bagi hambaNya yang bersyukur. Bahwa rencana Allah tak pernah meleset, senantiasa memberikan makna mendalam akan sebuah peristiwa. Terkadang Allah tak memberi apa yang kita inginkan karena Dia lebih tahu apa yang kita butuhkan. 
Sekali lagi, masihkah kita ragu untuk bersyukur?

 Jika engkau bersyukur, maka akan kutambahkan (nikmat-Ku), dan jika engkau kufur (ingkar) sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.”(Ibrahim: 7)

Syukur adalah wujud cinta, semakin kita bersyukur, semakin bertambah pula kecintaan kita pada Sang Pencipta. Syukur akan melahirkan keoptimisan dan keyakinan besar untuk terus menatap ke depan, serta memanfaatkan setiap momen yang ada untuk tetap berikhtiar menuju akhir perjalanan yang terbaik. Langkahkan kakimu dengan penuh optimis, iringi dengan hati yang terus bersyukur.  J


Halida-Enni

Selasa, 05 Juni 2012

Alangkah Cukup

Tanpa sadar.. Menemukan jawabannya..
Lewat sekelumit cerita pendek yang seseorang sampaikan malam ini..


Allah memerintahkan kita meneladani para Rasul yang kisah mereka dalam Al Quran ditujukan untuk menguatkan jiwa kita dalam meniti jalan cinta para pejuang.

Para Rasul itu, utamanya Rasul-rasul Ulul ‘Azmi menjadi mungkin kita teladani karena mereka memiliki sifat-sifat manusiawi. Mereka tak seperti malaikat. Juga bukan manusia setengah dewa. Mereka bertindak melakukan tugas-tugas yang luar biasa beratnya dalam keterbatasannya sebagai seorang manusia.

Justru keagungan para Rasul itu terletak pada kemampuan mereka menyikapi perintah yang belum tersingkap hikmahnya dengan iman. 


"Dengan iman. Dengan iman."

Berbeda dengan Khidzir yang diberitahu skenario dari awal hingga akhir atas apa yang harus dia lakukan, ketika mengajar Musa, para Rasul seringkali tak tahu apa yang akan mereka hadapi atau terima sesudah perintah dijalani. Mereka tak pernah tahu apa yang menanti di hadapan.

"Yang mereka tahu hanyalah, bahwa Allah bersama mereka." 

Nuh yang berupaya membuat kapal di puncak bukit tentu saja harus menahan geram ketika dia ditertawai, diganggu, dan dirusuh oleh kaumnya.
Tetapi, sesudah hampir 500 tahun mengemban risalah dengan pengikut yang nyaris tak bertambah, Nuh berkata dengan bijak,

dengan cinta, “Kelak kami akan menertawai kalian sebagaimana kalian kini menertawai kami.”

Ya. Nuh belum tahu bahwa kemudian banjir akan tumpah. Tercurah dari celah langit, terpancar dari rekah bumi. Air meluap dari tungkunya orang membuat roti dan mengepung setinggi gunung. Nuh belum tahu. Yang ia tahu adalah ia diperintahkan membina kapalnya.

Yang ia tahu adalah ketika dia laksanakan perintah Rabbnya, maka Allah bersamanya. Dan alangkah cukup itu baginya.. :')

Orang biasa?

Terkadang saya..
Ingin jadi orang biasa saja..

Yang tak harus berpura-pura..
Menampakkan mimik muka yang selalu tampak baik-baik saja..
Padahal sejatinya..
Saya juga punya rasa..

Atau..
Yang tak harus galau galau ria..
Kata temanku tercinta..
Sebagai kompensasi untuk tegar menjalani semua..

Ya, terkadang saya ingin jadi orang biasa saja..
Yang mampu berpikir simpel untuk diri saya..
Tanpa harus berpikir luas akan dampak pemikiran bagi semua..
Yang mampu bersikap sewajarnya..
Ketika saya ragu saya tinggalkan, ketika saya yakin saya lakukan..
Bukan meyakinkan orang lain akan sesuatu yang meragukan..
Atau memutuskan sesuatu yang orang lain harus tinggalkan atau lakukan..

Sekelumit pikiran sederhana yang sifatnya jangka pendek dan tak bertahan lama, saat sifat kanak-kanak mendadak mendominasi logika seorang enninurmita.. hehe.

Kamu sudah dewasa, maka begitulah seharusnya..
Dan ingat saja, akan quote favorit yang selalu kau bawa..

"JANGAN MAU JADI ORANG BIASA!
MAKA OPTIMIS DAN BERSYUKUR SAJA, KAU PASTI MAMPU MELALUINYA!
SEMANGAT!" :)

Minggu, 29 April 2012

Sejatinya cinta

Sejatinya cinta
Baik dari langit maupun dari bumi
Semuanya menunjuk pada Allah semata

(Jalaluddin Rumi)

Maka sejatinya
Tidak mungkin ada
Dua cinta yang berbeda
Dalam sebuah hati yang sama

Maka ketika
Kau mulai merasa
Ada cinta selain karenaNya
Murnikanlah kembali

Demi cinta sejati
Untuk dan karena Illahi
Semurni cinta para penduduk langit dan bumi

Rabu, 25 April 2012

Satu mimpi

Saya ingin naik gunung.
Saya ingin mendaki gunung.
Saya ingin melihat dunia dari puncak gunung.
Saya ingin merasakan setiap lika-likunya menuju ke sana.
Sedetik saja, sesaat saja.
Saya ingin berada di tepian puncaknya.
Meresapi, menikmati, lekat, erat, penuh rindu hangat.
KarenaNya, kepadaNya.

Hmm.
Izinkanlah Allah.
Suatu saat nanti.
Bersama dia.

Dia yang saya belum tahu siapa.
Tapi harapan jiwa.
Semoga di awal-awal lembaran baru kehidupan nanti.
Satu mimpi tersebut akan terpenuhi.
Bersama dia.
Yang tercinta.

*hehe, galau menjelang ujian praktikum
Semoga dimampukan Allah dalam mengerjakan..
Semangat! :)

Sabtu, 14 April 2012

Muslimah Amanah :)

Muslimah harus amanah. Mengapa? 

Rasulullah saw. bersabda, "Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah, dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji." (Ahmad dan Ibnu Hibban)

Bagaimana seorang muslimah tidak amanah, padahal Allah telah menganugerahkan banyak nikmat yang sepatutnya dijaga dan dipelihara sebaik-baiknya.


Pertama.
Allah menitipkan tubuh yang sempurna pada kita, muslimah. Dengan segala aktivitas kecil di dalamnya. Di mana sel-sel hidup dan bermetabolisme setiap detiknya, menyusun dan merangkai energi untuk dapat menopang hidup kita, sepanjang waktu. Dengan dua tangan, dua kaki, dua mata, dan serentetan hal yang membuatnya lengkap tanpa cacat. Indah dipandang mata.
Maka sudah sewajarnya kita bersyukur dan menjaga amanah. Caranya?
Tutuplah auratmu sesuai dengan yang Allah bisikkan lewat bait-bait cinta dalam kalamNya, Al Qur'an. Karena keindahan dan kesempurnaan tubuh kita mahal harganya, tak semua mata dapat dengan bebas memandangnya.
"Katakanlah kepada wanita yang beriman :"Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka meukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
Selain itu, tubuh kita punya hak lebih untuk dijaga. Asupan makanan yang sehat dan bergizi. Kebersihan diri dan lingkungan. Seringkali kita terlalu sibuk mengurusi amanah-amanah yang lainnya, hingga kita melupakan raga ini, yang lelah dan payah menopang jiwa ini ke sana-kemari, menunaikan satu demi satu kewajiban kita. Asupan makan sangat penting untuk keberlangsungan hidup kita. Otak butuh energi, otot juga, semuanya butuh makan. Di samping itu, kesehatan wanita sejak dini akan sangat berpengaruh bagi kehidupan seorang muslimah kelak. Misalnya, untuk kesehatan reproduksi, kesehatan organ seksual, kekuatan tubuh untuk hamil, menyusui, mengurus rumah tangga, dan aktif di masyarakat. Karena itu, selain menjaga aurat sesuai syari'at, muslimah juga harus menjaga asupan makanan serta kebersihan dirinya.
Rasulullah SAW bersabda ketika sahabat Abdullah bin Amr bin Ash berpuasa disiang dan malam hari, “Janganlah lakukan, karena sesungguhnya matamu memiliki hak yang harus engkau tunaikan, badanmu memiliki hak yang harus kau tunaikan, keluargamu memiliki hak yang harus kau tunaikan, maka puasa dan berbukalah, shalat dan tidurlah." (HR. Muslim).
Maka masihkah kita ragu untuk menunaikan amanah berupa penjagaan tubuh kita?


Kedua. 
Allah telah memberikan akal dan hati yang tak kalah sempurnanya. Yang dengannya kita mampu berpikir dan merasa. Memiliki kecerdasan tiada tara, hingga dapat mengukir prestasi di mana-mana. Memiliki perasaan yang lembut dan menyejukkan, menjadi penenang bagi orang-orang di sekitarnya.
Tahukah kalian muslimah? Akal dan hati adalah nikmat luar biasa yang dilebihkan untuk manusia. Yang menjadi pembeda antara manusia dengan mahkluk Allah yang lainnya.
Maka amanah kita adalah menjaga keduanya. Akal dan hati.
Gunakanlah akalmu untuk menelaah kalam dan ciptaanNya. Isilah untuk hal-hal yang bermanfaat saja, yang akan mendekatkanmu padaNya. Ada beragam ilmu yang harus kau kejar, sebagai bekal untuk mengejar masa depan yang bersinar. Ilmu tersebut, tentunya terdiri atas ilmu keIslaman, ilmu umum dan wawasan kontemporer, serta ilmu-ilmu pelengkap lainnya. Itulah wujud menjaga amanah berupa akal.
Dan untuk hati? Tentu kita semua juga tahu, bahwa menjaga hati adalah menghindarkan hati dari noda-noda. Maka, jauhilah celah-celah maksiat yang ada di dekat kita. Jauhilah bisikan demi bisikan setan yang tak pernah lelah mengelabuhi manusia. 
Menjaga hati dapat pula dengan mendekatkan diri pada apa-apa yang akan menambah kecintaanmu padaNya serta menjauhkan diri dari apa-apa yang akan mengurangi kecintaanmu padaNya. Banyak-banyak tilawah, banyak-banyak dzikir, serta berkumpul dengan orang-orang sholeh dan sholehah. Tentunya semua itu akan membuat hati kita lebih terjaga. Menjaga hati pun erat kaitannya dengan mata dan telinga. Sembari menjaga hatimu, jagalah pula mata dan telingamu, muslimah.
Tetaplah khuznudzon atas skenarioNya!


Ketiga. 
Allah telah memikulkan banyak peranan bagi kita, muslimah.
Sebagai seorang anak. Kita mempunyai kewajiban untuk menjaga keridhoan ayah dan ibu kita. Mengapa? Karena ridho mereka akan membawa kita pada keridhoanNya. Maka sudah sepantasnya kita berbakti kepadanya, ta'at kepadanya, serta berusaha menunaikan hak-hak mereka. Ingatlah muslimah, betapa kuatnya ibu, yang puluhan tahun mampu, membesarkan dan mendidik kita dengan sekuat tenaga, hingga akhirnya kita dapat berdiri tegak. Ingatlah jua, do'a ayah yang selalu terselip dalam untaian nasehatnya. Cinta yang terukir dari bulir-bulir keringat yang mengalir dari darinya. Semua karena cinta. Cinta adalah amanah untuk dijaga. Berusahalah memberikan yang terbaik untuk mereka, muslimah!
Saat kita berjumpa dengannya, harus ada senyuman yang terlukis di wajahnya. Karena kebanggaan atas kita, anaknya.
Sebagai seorang saudara. Saudara untuk adik kita, di mana kita dituntut untuk memberikan contoh yang baik untuknya. Karena kita lahir lebih dulu, itu artinya ada lebih banyak ilmu dan amal yang kita punya. Dan tugas kita adalah berbagi serta menjadi pemandu bagi adik kita. Saudara untuk kakak, di mana kita pula dituntut untuk menjadi adik yang cerdas dan penurut. Mengingatkan ketika ada cela muncul di antaranya. Jangan takut, usia bukan penghalang untuk saling menasehati dalam kebaikan. Dan ada kalanya, kita harus mendengar, sapaan dan perkataan dari mereka. Dari sanalah, kita belajar dari seorang kakak, yang lebih dahulu menyelami asam garam kehidupan di dunia.
Juga sebagai saudara atas sesama muslim lainnya. 
“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” (Al-Bukhari dan Muslim). “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (Muslim)
Sebagai seorang istri/calon istri. Kita muslimah, memiliki tuntutan besar. Untuk menta'ati suami, serta berbakti padanya. Menjadi penenang hatinya, menjaga hartanya, serta memenuhi segala kewajiban seorang istri kepada suaminya, serta menunaikan hak suami atas istrinya. 
Sabda Rasulullah SAW, “Perempuan (istri) adalah pemimpin di rumah suaminya dan bakal ditanya tentang kepemimpinannya itu serta tentang harta suaminya.” (HR. Bukhari-Muslim)“Sebaik-baiknya perempuan (istri) ialah yang menyenangkanmu jika engkau memandangnya.” (HR. Tabrani)Rasulullah bersabda, “Sebaik-baiknya istri ialah jika memandangnya kamu akan terhibur. Jika kamu menyuruhnya, ia akan menurut patuh. Jika kamu memintanya melakukan sesuatu, ia memenuhinya dengan baik, dan jika kamu bepergian, ia menjaga dirinya dan harta bendamu.” (HR. Nasa’i) 
Demikianlah Allah menyampaikan perintahnya pada kita. Untuk tetap setia menemani perjalanan suami dalam bingkai cerita pernikahan.
Sebagai seorang ibu/calon ibu. Tahukah engkau wahai muslimah, bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Di mana seorang ibu akan menuntun anaknya sejak dalam kandungan hingga lahir menjadi seorang insan yang sholeh dan sholehah. Membesarkannya penuh kasih sayang dan cinta, menanamkan nilai-nilai yang sesuai dengan syari'atNya, memberikan bekal yang cukup tahap demi tahap hingga mampu melihat anaknya tumbuh dewasa, menggapai mimpi-mimpinya. Tugas seorang ibu untuk mencetak generasi masa depan yang akan menjadi bagian dalam kejayaan Islam.
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An Nisa: 9)
Bukankah ini amanah yang sangat besar, hai muslimah?
Sebagai anggota masyarakat. Manusia telah diciptakan Allah berada dalam suatu kaum. Suatu jamaah. Dan dalam kumpulan manusia. Dari sanalah, manusia belajar untuk berinteraksi dan berbagi satu sama lainnya. Belajar juga untuk memberikan manfaat.

“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedang dia itu mukmin, maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta Kami akan memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan.” (QS. An Nahl: 97)

Maka muslimah, sebagai anggota masyarakat, kita wajib untuk memberikan konstribusi nyata di dalamnya. Dalam bentuk bersikap baik dengan tetangga, teman profesi, hingga ke tataran pemerintah. Muslimah harus berperan aktif dan tanggap terhadap isu-isu yang ada.


Keempat, terakhir.
Karena biar bagaimanapun, seorang muslimah tetaplah seorang hamba. Yang Allah ciptakan, tidak lain dan tidak bukan, hanya untuk beribadah kepadaNya. Hanya untuk ta'at kepadaNya.
"If its not for You, then for who?" (nm)
Maka di manapun dan kapanpun kita berada. Dalam kesendirian maupun keramaian. Dalam kebahagiaan maupun kesedihan. Dalam setiap masa dan keadaan.
Pahamilah.
Bahwa semua yang kita lakukan ini karenaNya, semua ini untukNya. Karena segala aktivitas kita, akan tertuju padaNya, sebagai seorang hamba.

Jika semua ini bukan untuk Allah, lalu untuk siapa?
Ketika kau masih mempunyai jawabannya, maka tanyakan kembali pada diri kita.
Seberapa luas cinta untuk Allah di hati kita?
Seberapa berharganya cinta dan perhatian untuk yang lain, hingga kita tak mampu menerima dan menjalankan segala amanahNya?

"Man 'arofa nafsahu, faqod 'arofa Robbahu"
Allah telah menyampaikan bait-bait cerita tentang amanah-amanah kita sebagai seorang muslimah.
Atas semua alasan di atas, masihkah engkau ragu muslimah, mengapa kita harus AMANAH?


Ada begitu banyak tanggung jawab, kewajiban, dan hak yang harus kita tunaikan. Ada beragam cinta yang tak pernah meminta balasan, hanya keberanian untuk membuktikan.
Maka sampaikanlah cintamu padaNya, lewat amanah yang terjaga. Sampaikanlah syukurmu padaNya, melalui ikhtiar demi ikhtiar yang kau rajut untuk meraih ridhoNya.


Ini semua untukNya, muslimah.. Karena amanah tak pernah salah memilih, Karena amanah ini dari Allah untuk kita.. Tunaikanlah, sebaik-baiknya.. :)

Sesederhana itu


Sejak masuk kuliah, sejak saya mendengar nasehat dari seorang yang jauh di sana..
"Pegang semua di tangan, jangan di hati. Maka sewaktu-waktu mereka pergi, tinggal dilepas saja. Tak akan membekas di hati."

Itulah yang selalu saya pegang..
Untuk kata-katanya pula. Bahwa "Sahabat itu hilang timbul, keluarga pun memiliki masa tersendiri. Tapi Ia, selalu ada. Allah selalu ada."

Ya, begitu sulitnya mencari sosok yang dapat mengerti, mengiringi langkah ini. Menyusun mimpi dan targetan besar untuk masa depan.

Maka di manapun dan kapanpun kita berada..
Dalam kesendirian maupun keramaian..
Dalam kebahagiaan maupun kesedihan..
Dalam setiap masa dan keadaan..

Pahamilah.
Bahwa semua ini karenaNya, semua ini untukNya.
Karena segala aktivitas kita, akan tertuju padaNya.

Coba pikirkan pula.
Jika semua ini bukan untuk Allah, lalu untuk siapa?
Ketika kau masih mempunyai jawabannya, maka tanyakan kembali pada dirimu.
Seberapa luas cinta untuk Allah di hatimu?
Seberapa berharganya cinta dan perhatian untuk yang lain, hingga Engkau tak mampu menerima dan menjalankan segala ketetapanNya?

"Man 'arofa nafsahu, faqod 'arofa Robbahu"
Untuk sahabat di sana, Nafsa Muthmainna. Terimakasih. :)






Galau Amanah, Galau Dakwah

tik tak tik tak
waktu berdetak

Sudah tiga bulan? Ya, sudah tiga bulan. Amanah ini saya, kamu, dan kita semua pegang.
Ada banyak titik, di mana saya seringkali galau menatap ke belakang, ragu menatap ke depan.


Apa saja yang sudah saya perbuat? Apa saja yang telah saya usahakan?
Saya merasa, baru sedikit. Kinerja kita belum maksimal.
Entah di mana celahnya, hingga ada banyak titik di mana kita terkulai lemah tak berdaya.
Seolah tak bisa mengusahakan apa-apa.


Keoptimisan saya, tak ada artinya, ketika tak disertai dengan keoptimisan kalian semua.
Gerak saya, tak akan selaras, ketika kita semua masih berbeda arah.


Saya galau. Teringat kata seorang teman, sebut saja Aravinda. Dari seorang temannya berkata, "Galau yang boleh dipelihara adalah galau amanah."
Mengapa galau?

Pertama, karena amanah ini, akan dipertanggungjawabkan kelak di hari akhir. Saya takut, takut sekali, melihat apa yang saya bawa, apa yang saya berikan untuk kalian semua belum maksimal. Melihat kita yang tak semangat, lelah, saya semakin takut. Bahwa diri ini belumlah mampu memberikan yang terbaik untukNya. Belum mampu berkontribusi lebih atas nama LDF.
Kalau boleh saya minta, ayolah teman, kita bangkit dan bergerak bersama!
Keberadaan kalian dalam kebersamaan kita, akan menjadi sebuah kekuatan besar yang membuat kita bertahan sampai akhir. Sesulit apapun.

Kedua, karena sepertinya kita masih belum memahami, mengapa harus ada kita di sini? Mengapa harus kita yang berada di deretan atau baris paling depan untuk memperjuangkan agamaNya?
Ya, karena kita adalah yang terpilih. Tentu, bukan karena kita yang terbaik. Tapi karena Allah yang memilih kita untuk mengembannya, memberikan kesempatan untuk belajar, membangun kedewasaan tepat pada waktunya. Saya paham, beragam rintangan kerap kali menjadi halangan untuk melangkah ke depan. Komunikasi yang belum lancar, kemalasan yang datang, ketidak pedulian, kekecewaan, pesimis, atau apapun itu, terlontar dari ucap bibir kita. Hingga akhirnya menyeret kita semua, pada satu kata. MENYERAH.
Padahal bukan seperti itu, Allah mendidik kita. Allah telah menganugerahkan kita berbagai nikmat dan ujian dalam rangka akselerasi keimanan. Maksudnya?
Ya, amanah-amanah yang kita jalani ini, punya banyak makna dan pahala.
Lembaga Dakwah Fakultas, asingkah dengan namanya? Terkadang saya sendiri masih merasa, cap LDF di pundak saya terlalu berat. Cobalah berpikir:
"Bahwa amanah ini adalah salah satu nikmatNya untuk meraih amalan baik sebanyak-banyaknya, melalui upaya kita menempuh jalan yang diridhoiNya. Merupakan satu jembatan untuk lebih dekat menuju surgaNya. Nikmat bukan?"
"Bahwa amanah ini adalah salah satu ujian untuk belajar mengerti dan melihat lebih luas, segala yang ada di sekitar kita. Kita diwajibkan menganalisa kebutuhan kampus akan keIslaman. Saya yakin, kalian paham kondisi kampus kita. Di mana, tanpa adanya sebuah LDF, mungkin warna Islam akan luntur perlahan. Tak masalah ketika baru sedikit yang tertarik. Itulah tantangannya. Kita harus pikirkan bersama, bagaimana agar dakwah ini lebih luas."
"Bahwa amanah ini adalah salah satu jalan untuk mengakselerasi keimanan. Ketika kita mampu berdiri di saat jatuh, berusaha mencari dan menjadi cahaya menuju binar sinar kasih sayangNya. Tak apa ketika langkah kita terseok, bahkan tertatih. Tapi yakinlah, bahwa cahaya iman akan semakin bersinar dalam hatimu. Melalui keikhlasan hati kita menjalaninya. Sabar dan syukur."
"Bahwa kita punya tantangan yang lebih untuk membuat kampus menjadi lebih baik. Lekat dengan warna-warni keIslamaman, melalui pendekatan keilmiahan dan kedokteran." 
"Dan bahwa kita semua akan bergerak bersama untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang telah kita susun sebelumnya."
Ketiga, karena saya tak mampu sendiri. Sungguh, keberadaan kalian di samping saya, sudah lebih dari cukup. Ketika saya melihat, senyuman tulus mengalir indah, kalimat-kalimat thoyibbah meluncur, dan membagi cahaya di saat kita sendiri hampir padam. Ya, itulah yang akan membuat kita bertahan!
Karena kalian tak pernah berada dalam kesendirian. Inilah dakwah: banyak tantangannya, tiada akhir, dan orangnya sedikit.
Jadi, saya ingin semua ini tak membuat kita lengah, gundah, bahkan, merasa lemah untuk melangkah. Jangan, jangan jadikan semua ini alasan untuk berhenti. Jangan, jangan jadikan semua ini menjadi pemicu retak di antara kita. Kalian jauh lebih bermakna, dibandingkan dengan meraka yang ada tapi tiada.

Terakhir, karena saya tak ingin melihat kalian merasa kita kekurangan. Kita cukup, kita cukup. Hanya kita tak menyadari. Ingatlah, bahwa kereta kita harus tetap berjalan.
Sunatullah, ketika ada yang berguguran di jalan dakwah. Tugas kita adalah tetap mengajak dan memberikan kesempatan untuk belajar. Tetapi saya tak ingin, ini semua menjadi kendala kita untuk berbuat lebih. Dengan alasan, "kurang orang", "kurang maksimal", "kurang siap sedia", atau "kurang yang lainnya".
Lihatlah yang ada di dekatmu, berundinglah, lalu bergegaslah untuk berlari. Apa yang bisa saya lakukan dengan SDM yang ada (tampak nyata)? Agar kereta dakwah tak terhambat jalannya? Agar syiar Islam tetap bisa berjalan?
Jangan terlalu fokus dengan mereka yang mulai terantuk-antuk, atau kesibukan-kesibukan lainnya. Pekalah dengan kondisi, pekalah dengan situasi. Jadi, saya tak ingin lagi, kekecewaan atas ditinggalkan dan diabaikan mengerogoti hati-hati kita. Sudahlah, tetap istiqomah.
Menangkanlah logika dan perasaanmu, kalahkanlah bisikan syaithon!!! :)

Empat hal itulah yang membuat saya galau, seringkali galau.
Ketika harus merelakan detik demi detik hilang begitu saja. Tanpa ada manfaat yang lebih untuk diri ini dan sesama.
Andai saja, kita pahami semua itu. Maka tak akan ada hati-hati yang tersakiti, waktu-waktu yang terlewati, kesempatan-kesempatan besar yang tak tersentuh sama sekali.


Perlu kalian yakini, kita akan selalu bersama. Memperjuangkan semua ini di kampus kita.
Hingga kelak, suatu saat nanti kita akan merindukannya, mengenangnya sebagai masa-masa kejayaan anak muda yang berhasil menorehkan jejak di kampusnya. 
Kampus yang dinamis, maka gerak kita harus sinergis.. 
Ya kawan??
WE ARE NOT SUPERMAN, WE ARE SUPERTEAM!!! 
Yuuuuk, kita munculkan Ide-ide Besar, ciptakan Perubahan Besar, untuk Berbuat Besar!

Untuk satu mimpi, visi dan misi, yang kita usung tahun ini:
Dekat bersahabat, semangat bermanfaat!!! :)


Sayuti, 14 April 2012
Baiti Jannati, Kosan Sayuti

Senin, 09 April 2012

Yang terbaik untukmu, bu

Bismillahirrohmanirrohim.

Allah, tak pernah kau rencanakan skenario, yang lebih indah dari ciptaan makhlukMu..
Karena ku tau, rencanaMu adalah yang terindah..

Sungguh Allah, jika ditanya bagaimana perasaanku kini, jawabnya tak karuan.
Cukup Engkau dan blog ini sajalah yang tau Allah, agar diri ini tak terlalu banyak mengeluh.

Besok ibu menjalankan operasi. Operasi pengangkatan tumor di bagian tertentu. Dari sana, akan dikirim sediaannya ke lab PA, lalu ditelisik apakah sifatnya jinak atau ganas.
Itu artinya, pemeriksaan radiologi sudah dilalui? Ya, benar.
Aku tau dan bisa membaca hasilnya, meskipun belum paham benar apakah diagnosisnya tepat. Dan harapku, yang sesungguhnya tak serupa dengan hasil yang terbaca.
Bukan maligna, tapi benigna.

Ibu, maafkan diri ini yang tak bisa ada di sampingmu. Dua jam atau sejam, bahkan semenit pun raga ini tak mampu ada di sana. Maaf ibu..
Mb dia hanya bisa mendoakan, sembari berharap dan menggantungkan semua harapan padaNya. Semoga semua kan baik-baik saja, baik seminggu lagi hingga hasil PA keluar, maupun minggu-minggu selanjutnya..

Ada rasa menyesal, kenapa permintaan ibu untuk kepulanganku di liburan kemarin tak kupenuhi. Dengan alasan kehabisan tiket kereta? Padahal aku bisa saja memaksa pulang naik bus atau travel. (meski belum pernah)
Itu karena, pengetahuanku hanya ibarat tinta yang menetes di tengah lautan, jika dibandingkan dengan pengetahuanNya. Aku tak bisa menduga.

Pasrah dan tawakal pada Allah, semua telah tertuju hanya padaMu.
Yang terbaik ada di tanganMu. Maka tak pantas aku bersedih dan merasa lemah, Allah.

Bersabarlah ibu, jangan khawatir. Meski ananda jauh di sini, do'aku akan selalu ada untuk engkau. InsyaAllah. Seperti do'a ibu dan bapak yang tiada pernah henti mengalir untuk ananda.
Dari dulu, ku selalu coba memahami arti air matamu. Seperti saat ini, aku tau hati ibu gundah.
Ibu kuat, selalu menguatkanku. Tak pernah ingin terlihat lemah di hadapanku, ayah, dan adik. Aku tak ragu, ibu akan kuat pula menjalani ujian kecil ini. Kenapa kecil kataku? Ya bu, karena ketika ibu dan kita bisa melaluinya, di depan sana akan ada ujian yang lebih besar lagi.

Allah bersama kita, bu. Allah selalu ada.
Salam cinta dan rindu terdalamku untuk ibu. Semoga besok operasi berjalan lancar..
Mb dia sayang ibu karena Allah Ta'ala..

Allah, jagalah ibu dan ayahku, saat pengawasanku tak sampai padanya.. :'( :')

Kamis, 05 April 2012

Senjaku di hari Rabu

Harusnya saya belajar ya. Tapi tampaknya, layar laptop malam ini menarik hati saya, lantas berhasil membuat jari-jemari gemelitik mengetik di atas keyboardnya.

Sore ini.
Saya melalui dua perjalanan, yang dua-duanya sebenarnya bisa dibilang tanpa makna.
Tapi saya yakin, tak pernah ada yang sia-sia. Karena ada juga pelajaran dan pengalaman yang bisa dipetik di dalamnya.

Jaga di klinik Mer-C.
Awalnya saya ragu, apakah sore ini akan jaga atau tidak? Dari lubuk hati yang paling dalam, saya ingin pulang cepat, maksimal pulang maghrib.
Tapi sudah dua pekan, saya menghilang dari jaga, tak menunaikan tugas saya. Minggu lalu rapat FSI disertai dismenor, minggu sebelumnya hectic ujian.
Hmm, ragu-ragu. Bisikan setan nampaknya lebih kuat. Sms tertuju ke dokter jaga hari ini, tak ada balasan. Semakin memperkuat 'aras-arasen' yang saya rasakan.

Dengan mengucap basmalah, saya berhasil melawan rasa-rasa malas itu. Pukul 16.35. Sudah lewat 35 menit dari jadwal. Hampir sampai di gerbang samping gedung FK, didekat pos satpam. Saya teringat, uang saya tinggal 4000 rupiah. Alias, cuma cukup untuk berangkat pulang Salemba-Kalipasir naik angkot (@Rp 2.000,00).
Cukup lah ya, insyaAllah kan dapat rezeki sepulang jaga.
Tapi karena takut terjadi sesuatu yang di luar dugaan, saya ambil uang saja secukupnya, di atm.
Lalu saya naik angkot 01. Tenang-tenang saja.
Hingga kejadian tadi menelisik ketenangan saya. Hehe. Tiga orang komplotan pencopet masuk angkot. Awalnya saya biasa saja. Tampakannya seperti orang pulang kantor, dengan tas apik, unik, antik.

Mereka, satu orang di depan saya, dua orang di samping saya. Terapit tanpa sadar. Saya di belakang sopir. Hmm, aneh ya. Kok si bapak depan saya ini menaruh tasnya tepat di atas tas saya. Tangan satunya terjepit di antara tas saya dan dia. Menangkap gelagak aneh, saya hanya melihat wajah si bapak. Diam. Begitu tangan yang terjepit itu diangkat ke atas, yak..
Saya meraba-raba retsleting (perlu search kata di KBBI) tas saya, alhasil terbuka seperempatnya. Tangan saya menyelinap masuk ke bagian bawah hisnul muslim yang selalu saya bawa ke mana-mana. Alhamdulillah, si bapak bukan pencopet. Hape saya masih ada. Mungkin saya lupa belum menutup tas.
Saya masih sempat berpikiran positif. Ga aneh-aneh. Hingga keanehan berturut-turut terjadi.
Tiba-tiba bapak yang di sebelah saya gantian beronar. Dia menjatuhkan tubuhnya ke arah kiri, sambil bergaya aneh. Sesekali saya lihat seperti tampakan orang partial seizure, kejang sebelah. Dengan aura.
Si bapak di depan saya, cuma bertanya-tanya. "Kenapa Pak, Kenapa Pak?"
Lalu bilang pada ibu-ibu dan semua orang di dalam, "Kejang pak."

Huoo, saya semakin khawatir, kejang beneran. Di pikiran saya, muncul ingatan tentang diazepam. Hmm, juga tatalaksana emergency pasien seizure.

Mau saya tolong, mikir-mikir. Eh, kok tiba-tiba bapak ini normal lagi. Yang awalnya berpose ga jelas, miring-miring ke samping, hampir tiduran. Tiba-tiba duduk dengah yakin sambil mengangkat kunci dan uang sepuluh ribu. Entah dari mana. Tepat setelah bapak duduk, ibu-ibu di sebelahnya teriak.
"Pak, pak, tas saya kebuka. Hape saya ga ada, hape saya."

Bapak terduga pasien epilepsi inipun segera turun, entah kenapa. Saya masih berpikir, mungkin ingin segera menenangkan diri, takut kejang lagi di dalam angkot.

Bapak yang di depan saya bilang, "Mungkin jatuh bu hapenya, tadi lupa belum nutup tas. Coba dicari hapenya.."
Ibu bilang, "Oia, mungkin lupa nutup pak. Tadi itu si bapak kenapa ya?" Sambil nyari-nyari hape di tas.
"Nyari kunci bu. Tuh hapenya ada di kaki, untung ga keinjek." Eh buru-buru, dua orang bapak yang tersisa turun buru-buru. Tanpa alasan.

Akhirnya kita ngobrol-ngobrol, penumpang angkot yang tersisa. Ibu yang hapenya tiba-tiba di kaki ini mulai menyadari. Kayaknya bapak tadi emang pencopet deh pak, masak iya hape saya ada di bawah, dan tas saya kebuka.
Pak sopir tergelitik, "Kenapa bu?"
"Iya pak, tas saya kebuka."
"Ada yang hilang? Hape?"
"Engga pak, tapi tiba-tiba di bawah, di kaki saya."

Ributlah angkot, oooo ternyata semuanya pencopet tuh. Janjian bertiga. Yang satu aksi, yang satu ngebela, yang satu lagi ngambil. MasyaAllah, Allahu Akbar!!!
Saya tak percaya, orang-orang tadi berbuat demikian. Alhamdulillah, Allah masih menjaga rezeki yang dititipkan ke saya. Hape.
Antara deg-degan dan takut kelewatan, saya memperhatikan jalan. "Pak, pak, kiri pak."
Kehebohan angkot hampir saja membuat pak sopir tak menghiraukan suara saya.
Saya turun, dengan langkah tergesa, telat.
Alhamdulillah.

Sesampainya di Klinik, saya tertegun sendiri membaca pesan pendek di depan pintunya yang terkunci rapat.
"Klinik tutup Rabu-Jum'at. Buka lagi Senin." Glodyaaak, apa-apaan ini ya Allah?

Ndak popo nduk, itu artinya kamu memang disuruh pulang cepat. (hibur saya dalam hati)
Alhamdulillah, saya tadi sempat ambil uang. Jadi masih bisa pulang.
Setelah ini, langsung ke kosan. Tidak perlu ke kampus lagi. Pukul 17.15.

Sampe di tengah jalan, saya dapat sms dari atasan saya.
"Asslm en, dtg ke HUT Bursa?"
"Wa'alaikumussalam. Di mana?"
"Sore ini di anat?"
"Siapa aja yang datang?"
"Ajak-ajakin yg lain en. Memang mendadak infonya."
"Sip, tapi aku lagi di luar, bentar lagi sampe kampus. Ikut?"
"Lagi ada Mou Sirkum en."

Hmm, saya putuskan kembali ke kampus.

Lalu setibanya di FSI, saya mengajakn dua orang teman saya untuk hadir sejenak ke anatomi, HUT BURSA. Jalan menuju lokasi, sepi sunyi.
Saya buka pintu anatomi, "locked". Terkunci. Cepat sekali ya, jam segini sudah selesai.

Tanya ke ketua Bursa, "HUT nya udah selesai ya?"
"Acaranya besok kamis, bukan hari ini."
:'(

Saya dikerjain.
"HUT Bursanya besooook -______-"
"Ooo besok, afwan ya en, hehe."

Kau kira, semudah itu berkata afwan dan hehe?
Sabar sabar.. :)

Begitulah. Akhirnya saya pulang saja.

Perjalanan singkat, yang ketika dituliskan, mampu menjadi untaian panjang cerita.
Saya dapat pelajaran.
1. Jauhi yang namanya aras-arasen tidak beralasan. Katakan ya, atau tidak. Untuk alasan dan tujuan yang jelas.
2. Bawa uang untuk jaga-jaga, jangan suka bawa pas-pasan. Kita tak pernah tau, apa yang akan terjadi nanti.
3. Berpikir positif itu bagus dan harus, tapi jangan terlalu berpikiran positif sama orang. Jangan polos-polos to nduk.. Hehe.
4. Ikhlas menjalani segala hal. Kalaupun hasilnya tidak seperti yang diinginkan, tapi kan langkah kaki dan niatnya akan tercatat sebagai amal. Sabar syukur senyum.
5. Jangan mudah kecewa. Percaya, Allah punya rencana, yang terindah.
6. Tetep semangaaaaat! :D

Cerita eh cerita, ternyata kliniknya tutup karena g ada dokter jaga. Hari ini dan besok ada baksos di Cikeas, dan klinik diliburkan sementara waktu.

Baiklah. Terimakasih Allah.. :)


Sabtu, 31 Maret 2012

Akan kurindu

Kelak aku akan sangat merindukan masa-masa itu..


Masa ketika teman mampu menjadi penyemangat..

Masa ketika idealisme begitu tersalurkan..


Masa ketika tangis dan kekecewaan menyelimuti aktivitas..



Saat itu, aku masih sangat muda, dan kan terus bersemangat muda..

Kampus itu kini telah berkembang kian dinamis..

Dan banyak hal bermula dari kampus..


"Maka yang perlu kau lakukan kini, hanyalah terus berikhtiar karenaNya. Dengan membawa semangat muda, untuk sebuah perjalanan dan perjuangan menggapai impian dan cita-cita, untuk sebuah perubahan besar yang kau damba. InsyaAllah."  


Semangaaat nduk!!!

Kamis, 29 Maret 2012

Persembahan cinta

Di saat cinta menyemai rasa di jiwa
Menghiasi hidup indah kan masa
Luluhkan dengki menghapuskan benci

Kala cahya-Nya
Membuka mata yang terlena
Sadarkan dari nafsumu akan dunia
Rasa yang fana dan maya semata

Kan ku ungkap rasa yang terindah
Tentang berkembangnya cinta
Yang semerbak wangi dalam jiwa
Yang kekal abadi selamaya

Hanyalah untuk Allah
Kan kupersembahkan
Cinta tertinggi dan termurni
Yang tumbuh dalam nurani

Hanyalah untuk Allah
Slalu kusandarkan
Sgala pengharapan dan doa
Beri daku cahya-Mu

---
sayup-sayup mendengar bait persembahan cinta..
begitulah seharusnya aku mencintaMu Allah..
yang selalu ada dalam tiap kedipan mata..

tempat bersandar atas semua doa dan pengharapan..
memberi kepastian di tengah keraguan..
melalui teguran, keyakinan, pembuktian, atau jalan panjang menuju pemahaman..
---

merasa cukuplah dengan nikmatNya dengan bersyukur, lalu realisasikan syukurmu dalam ikhtiar yang penuh keoptimisan!
bergerak, bergerak, bergerak. terjang, terjang, terjang.
eits, untuk gerak butuh bekal lho..
dzikir dzikir dzikir. pikir pikir pikir.

ndak usah takut, ndak usah ngeluh.
semuanya Allah sudah atur.
kerjakan saja! fokus saja!

"ketika kau telah mempunyai tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi, maka yakinlah.. Allah pun telah meneguhkan hati ini.."

Rabu, 14 Maret 2012

Chosen one

Dan hidup adalah tentang pilihan..

"Ketika orang tertidur kamu terbangun, itulah susahnya.
Ketika orang merampas kamu memberi, itulah peliknya.
Ketika orang menikmati kamu menciptakan, itulah rumitnya.
Ketika orang mengadu kamu bertanggung jawab, itulah repotnya.
Makanya tidak banyak orang yang mau bersamamu di sini, di jalan da'wah ini.
Mendirikan imperium kebenaran, menjadi guru peradaban bagi dunia ini.."
(Anis Matta)

Jangan pernah merasa lelah untuk memahami..
Idealisme, tak boleh sirna.. Jua tetap lihatlah realita..
Dan tanggaplah atas setiap lika-liku yang ada..

Allah, ini semua karenaMu.. Ini semua untukMu..