Alhamdulillah. Itu kata orang yang khas
soal syukur. Apa iya syukur kita terbatas tiga belas huruf yang bisa terlantun
dalam lima suku kata itu?
Yang namanya syukur identik dengan nikmat. Kalau
kita dapat rezeki, bersyukur. Dianugerahkan badan yang sehat, kita bersyukur.
Punya wajah kece, otak oke, baju perlente juga kita bersyukur. Begitu banyak
nikmat yang dicurahkan Allah buat manusia. Lantas bagaimana kita menyikapinya?
Ya dengan bersyukur.
Secara bahasa, syukur punya arti terima
kasih. Ada terima, ada kasih. Meski kadang nikmat itu kadarnya tidak melebihi
ekspektasi kita, dua unsur penting dari syukur ini baiknya selalu kita jadikan
pegangan dalam menyikapi berbagai nikmat.
Terima,
maksudnya kita merasa cukup dengan apa yang telah kita dapatkan. Sedangkan
kasih memiliki makna memberi, berbuat, atau secara umum mengejawantahkan nikmat
dalam bentuk tindakan. Inilah yang
menjadi aplikasi syukur dalam kehidupan kita. Di mana kita harus mampu menerima
segala nikmat yang telah Allah berikan dengan penuh keikhlasan, lalu
menumpahkan rasa syukur kita dalam amal kebaikan. Seperti itulah Islam
mengajarkan kita, bahwa bentuk syukur ada tiga, melalui hati, lisan, dan
perbuatan.
Lalu, bagaimanakah cara
kita bersyukur kepada Allah?
“Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula
kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.”
(QS. Al-Baqarah : 152)
Ada banyak hal yang patut
kita syukuri. Mulai dari nafas yang tiap detik berhembus, nadi yang tiap waktu
berdetak, yang jika sesaat saja berhenti, seluruh proses biokimiawi tubuh pun
akan berhenti, akhirnya mati. Nikmatnya sehat dan waktu luang yang seringkali
kita lupakan, padahal dua nikmat tersebut merupakan celah terpenting yang dapat
mengarahkan kita pada kebiasaan bersyukur. Ditambah lagi dengan jutaan nikmat
lainnya yang tak mampu kita menghitungnya, termasuk nikmat untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi.
Masihkah ragu untuk
bersyukur?
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat dholim dan
sangat mengingkari nikmat Allah.” (QS. Ibrahim: 34)
Seorang muslim memiliki
dua karakteristik khas, sabar dan syukur. Dua sifat inilah yang harus mendarah
daging dalam keseharian kita. Syukur akan menghindarkan kita dari keluh kesah
yang berkepanjangan. Dengan hati yang senantiasa bersyukur, setiap langkah yang
kita ambil akan membawa pada sebuah keyakinan besar. Bahwa nikmat Allah tak
pernah putus, selalu mengalir bagi hambaNya yang bersyukur. Bahwa rencana Allah
tak pernah meleset, senantiasa memberikan makna mendalam akan sebuah peristiwa.
Terkadang Allah tak memberi apa yang kita inginkan karena Dia lebih tahu apa
yang kita butuhkan.
Sekali lagi, masihkah
kita ragu untuk bersyukur?
“Jika engkau bersyukur, maka akan
kutambahkan (nikmat-Ku), dan jika engkau kufur (ingkar) sesungguhnya siksa-Ku
amat pedih.”(Ibrahim: 7)
Syukur adalah wujud
cinta, semakin kita bersyukur, semakin bertambah pula kecintaan kita pada Sang
Pencipta. Syukur akan melahirkan keoptimisan dan keyakinan besar untuk terus
menatap ke depan, serta memanfaatkan setiap momen yang ada untuk tetap
berikhtiar menuju akhir perjalanan yang terbaik. Langkahkan kakimu dengan penuh
optimis, iringi dengan hati yang terus bersyukur. J
Halida-Enni
0 komentar:
Posting Komentar