Minggu, 10 Juni 2012

Sudahkah Kita Bersyukur?



Alhamdulillah. Itu kata orang yang khas soal syukur. Apa iya syukur kita terbatas tiga belas huruf yang bisa terlantun dalam lima suku kata itu?

Yang namanya syukur identik dengan nikmat. Kalau kita dapat rezeki, bersyukur. Dianugerahkan badan yang sehat, kita bersyukur. Punya wajah kece, otak oke, baju perlente juga kita bersyukur. Begitu banyak nikmat yang dicurahkan Allah buat manusia. Lantas bagaimana kita menyikapinya? Ya dengan bersyukur.
Secara bahasa, syukur punya arti terima kasih. Ada terima, ada kasih. Meski kadang nikmat itu kadarnya tidak melebihi ekspektasi kita, dua unsur penting dari syukur ini baiknya selalu kita jadikan pegangan dalam menyikapi berbagai nikmat.

 Terima, maksudnya kita merasa cukup dengan apa yang telah kita dapatkan. Sedangkan kasih memiliki makna memberi, berbuat, atau secara umum mengejawantahkan nikmat dalam bentuk tindakan. Inilah yang menjadi aplikasi syukur dalam kehidupan kita. Di mana kita harus mampu menerima segala nikmat yang telah Allah berikan dengan penuh keikhlasan, lalu menumpahkan rasa syukur kita dalam amal kebaikan. Seperti itulah Islam mengajarkan kita, bahwa bentuk syukur ada tiga, melalui hati, lisan, dan perbuatan.
Lalu, bagaimanakah cara kita bersyukur kepada Allah?

“Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS. Al-Baqarah : 152)

Ada banyak hal yang patut kita syukuri. Mulai dari nafas yang tiap detik berhembus, nadi yang tiap waktu berdetak, yang jika sesaat saja berhenti, seluruh proses biokimiawi tubuh pun akan berhenti, akhirnya mati. Nikmatnya sehat dan waktu luang yang seringkali kita lupakan, padahal dua nikmat tersebut merupakan celah terpenting yang dapat mengarahkan kita pada kebiasaan bersyukur. Ditambah lagi dengan jutaan nikmat lainnya yang tak mampu kita menghitungnya, termasuk nikmat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Masihkah ragu untuk bersyukur?

 “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat dholim dan sangat mengingkari nikmat Allah.” (QS. Ibrahim: 34)

Seorang muslim memiliki dua karakteristik khas, sabar dan syukur. Dua sifat inilah yang harus mendarah daging dalam keseharian kita. Syukur akan menghindarkan kita dari keluh kesah yang berkepanjangan. Dengan hati yang senantiasa bersyukur, setiap langkah yang kita ambil akan membawa pada sebuah keyakinan besar. Bahwa nikmat Allah tak pernah putus, selalu mengalir bagi hambaNya yang bersyukur. Bahwa rencana Allah tak pernah meleset, senantiasa memberikan makna mendalam akan sebuah peristiwa. Terkadang Allah tak memberi apa yang kita inginkan karena Dia lebih tahu apa yang kita butuhkan. 
Sekali lagi, masihkah kita ragu untuk bersyukur?

 Jika engkau bersyukur, maka akan kutambahkan (nikmat-Ku), dan jika engkau kufur (ingkar) sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.”(Ibrahim: 7)

Syukur adalah wujud cinta, semakin kita bersyukur, semakin bertambah pula kecintaan kita pada Sang Pencipta. Syukur akan melahirkan keoptimisan dan keyakinan besar untuk terus menatap ke depan, serta memanfaatkan setiap momen yang ada untuk tetap berikhtiar menuju akhir perjalanan yang terbaik. Langkahkan kakimu dengan penuh optimis, iringi dengan hati yang terus bersyukur.  J


Halida-Enni

0 komentar:

Posting Komentar