Kamis, 05 April 2012

Senjaku di hari Rabu

Harusnya saya belajar ya. Tapi tampaknya, layar laptop malam ini menarik hati saya, lantas berhasil membuat jari-jemari gemelitik mengetik di atas keyboardnya.

Sore ini.
Saya melalui dua perjalanan, yang dua-duanya sebenarnya bisa dibilang tanpa makna.
Tapi saya yakin, tak pernah ada yang sia-sia. Karena ada juga pelajaran dan pengalaman yang bisa dipetik di dalamnya.

Jaga di klinik Mer-C.
Awalnya saya ragu, apakah sore ini akan jaga atau tidak? Dari lubuk hati yang paling dalam, saya ingin pulang cepat, maksimal pulang maghrib.
Tapi sudah dua pekan, saya menghilang dari jaga, tak menunaikan tugas saya. Minggu lalu rapat FSI disertai dismenor, minggu sebelumnya hectic ujian.
Hmm, ragu-ragu. Bisikan setan nampaknya lebih kuat. Sms tertuju ke dokter jaga hari ini, tak ada balasan. Semakin memperkuat 'aras-arasen' yang saya rasakan.

Dengan mengucap basmalah, saya berhasil melawan rasa-rasa malas itu. Pukul 16.35. Sudah lewat 35 menit dari jadwal. Hampir sampai di gerbang samping gedung FK, didekat pos satpam. Saya teringat, uang saya tinggal 4000 rupiah. Alias, cuma cukup untuk berangkat pulang Salemba-Kalipasir naik angkot (@Rp 2.000,00).
Cukup lah ya, insyaAllah kan dapat rezeki sepulang jaga.
Tapi karena takut terjadi sesuatu yang di luar dugaan, saya ambil uang saja secukupnya, di atm.
Lalu saya naik angkot 01. Tenang-tenang saja.
Hingga kejadian tadi menelisik ketenangan saya. Hehe. Tiga orang komplotan pencopet masuk angkot. Awalnya saya biasa saja. Tampakannya seperti orang pulang kantor, dengan tas apik, unik, antik.

Mereka, satu orang di depan saya, dua orang di samping saya. Terapit tanpa sadar. Saya di belakang sopir. Hmm, aneh ya. Kok si bapak depan saya ini menaruh tasnya tepat di atas tas saya. Tangan satunya terjepit di antara tas saya dan dia. Menangkap gelagak aneh, saya hanya melihat wajah si bapak. Diam. Begitu tangan yang terjepit itu diangkat ke atas, yak..
Saya meraba-raba retsleting (perlu search kata di KBBI) tas saya, alhasil terbuka seperempatnya. Tangan saya menyelinap masuk ke bagian bawah hisnul muslim yang selalu saya bawa ke mana-mana. Alhamdulillah, si bapak bukan pencopet. Hape saya masih ada. Mungkin saya lupa belum menutup tas.
Saya masih sempat berpikiran positif. Ga aneh-aneh. Hingga keanehan berturut-turut terjadi.
Tiba-tiba bapak yang di sebelah saya gantian beronar. Dia menjatuhkan tubuhnya ke arah kiri, sambil bergaya aneh. Sesekali saya lihat seperti tampakan orang partial seizure, kejang sebelah. Dengan aura.
Si bapak di depan saya, cuma bertanya-tanya. "Kenapa Pak, Kenapa Pak?"
Lalu bilang pada ibu-ibu dan semua orang di dalam, "Kejang pak."

Huoo, saya semakin khawatir, kejang beneran. Di pikiran saya, muncul ingatan tentang diazepam. Hmm, juga tatalaksana emergency pasien seizure.

Mau saya tolong, mikir-mikir. Eh, kok tiba-tiba bapak ini normal lagi. Yang awalnya berpose ga jelas, miring-miring ke samping, hampir tiduran. Tiba-tiba duduk dengah yakin sambil mengangkat kunci dan uang sepuluh ribu. Entah dari mana. Tepat setelah bapak duduk, ibu-ibu di sebelahnya teriak.
"Pak, pak, tas saya kebuka. Hape saya ga ada, hape saya."

Bapak terduga pasien epilepsi inipun segera turun, entah kenapa. Saya masih berpikir, mungkin ingin segera menenangkan diri, takut kejang lagi di dalam angkot.

Bapak yang di depan saya bilang, "Mungkin jatuh bu hapenya, tadi lupa belum nutup tas. Coba dicari hapenya.."
Ibu bilang, "Oia, mungkin lupa nutup pak. Tadi itu si bapak kenapa ya?" Sambil nyari-nyari hape di tas.
"Nyari kunci bu. Tuh hapenya ada di kaki, untung ga keinjek." Eh buru-buru, dua orang bapak yang tersisa turun buru-buru. Tanpa alasan.

Akhirnya kita ngobrol-ngobrol, penumpang angkot yang tersisa. Ibu yang hapenya tiba-tiba di kaki ini mulai menyadari. Kayaknya bapak tadi emang pencopet deh pak, masak iya hape saya ada di bawah, dan tas saya kebuka.
Pak sopir tergelitik, "Kenapa bu?"
"Iya pak, tas saya kebuka."
"Ada yang hilang? Hape?"
"Engga pak, tapi tiba-tiba di bawah, di kaki saya."

Ributlah angkot, oooo ternyata semuanya pencopet tuh. Janjian bertiga. Yang satu aksi, yang satu ngebela, yang satu lagi ngambil. MasyaAllah, Allahu Akbar!!!
Saya tak percaya, orang-orang tadi berbuat demikian. Alhamdulillah, Allah masih menjaga rezeki yang dititipkan ke saya. Hape.
Antara deg-degan dan takut kelewatan, saya memperhatikan jalan. "Pak, pak, kiri pak."
Kehebohan angkot hampir saja membuat pak sopir tak menghiraukan suara saya.
Saya turun, dengan langkah tergesa, telat.
Alhamdulillah.

Sesampainya di Klinik, saya tertegun sendiri membaca pesan pendek di depan pintunya yang terkunci rapat.
"Klinik tutup Rabu-Jum'at. Buka lagi Senin." Glodyaaak, apa-apaan ini ya Allah?

Ndak popo nduk, itu artinya kamu memang disuruh pulang cepat. (hibur saya dalam hati)
Alhamdulillah, saya tadi sempat ambil uang. Jadi masih bisa pulang.
Setelah ini, langsung ke kosan. Tidak perlu ke kampus lagi. Pukul 17.15.

Sampe di tengah jalan, saya dapat sms dari atasan saya.
"Asslm en, dtg ke HUT Bursa?"
"Wa'alaikumussalam. Di mana?"
"Sore ini di anat?"
"Siapa aja yang datang?"
"Ajak-ajakin yg lain en. Memang mendadak infonya."
"Sip, tapi aku lagi di luar, bentar lagi sampe kampus. Ikut?"
"Lagi ada Mou Sirkum en."

Hmm, saya putuskan kembali ke kampus.

Lalu setibanya di FSI, saya mengajakn dua orang teman saya untuk hadir sejenak ke anatomi, HUT BURSA. Jalan menuju lokasi, sepi sunyi.
Saya buka pintu anatomi, "locked". Terkunci. Cepat sekali ya, jam segini sudah selesai.

Tanya ke ketua Bursa, "HUT nya udah selesai ya?"
"Acaranya besok kamis, bukan hari ini."
:'(

Saya dikerjain.
"HUT Bursanya besooook -______-"
"Ooo besok, afwan ya en, hehe."

Kau kira, semudah itu berkata afwan dan hehe?
Sabar sabar.. :)

Begitulah. Akhirnya saya pulang saja.

Perjalanan singkat, yang ketika dituliskan, mampu menjadi untaian panjang cerita.
Saya dapat pelajaran.
1. Jauhi yang namanya aras-arasen tidak beralasan. Katakan ya, atau tidak. Untuk alasan dan tujuan yang jelas.
2. Bawa uang untuk jaga-jaga, jangan suka bawa pas-pasan. Kita tak pernah tau, apa yang akan terjadi nanti.
3. Berpikir positif itu bagus dan harus, tapi jangan terlalu berpikiran positif sama orang. Jangan polos-polos to nduk.. Hehe.
4. Ikhlas menjalani segala hal. Kalaupun hasilnya tidak seperti yang diinginkan, tapi kan langkah kaki dan niatnya akan tercatat sebagai amal. Sabar syukur senyum.
5. Jangan mudah kecewa. Percaya, Allah punya rencana, yang terindah.
6. Tetep semangaaaaat! :D

Cerita eh cerita, ternyata kliniknya tutup karena g ada dokter jaga. Hari ini dan besok ada baksos di Cikeas, dan klinik diliburkan sementara waktu.

Baiklah. Terimakasih Allah.. :)


0 komentar:

Posting Komentar