Mendefinisikan sedetail-detailnya.
“Kamu punya mimpi bukan?”
“Ya.”
“Kamu punya target-target dalam
hidupmu?”
“Ya.”
“Sama. Orang yang hebat bagiku
adalah orang yang mempunyai perencanaan yang jelas tentang hidupnya. Ketika
ditanya, mereka mampu menyebutkan mimpinya, lalu merinci setiap detail target
hidupnya tersebut. Menurutmu mengapa harus begitu?”
“Emm, karena bagiku. Dengan
mendefinisikan sedetail-detailnya setiap keinginan kita, akan membuat jalan hidup
kita lebih jelas dan terarah. Akan melangkah ke mana kita, akan sampai di mana
kita.”
“Lalu kalau ditanya, akan menuju ke mana dan akan sampai di mana, apa jawabanmu?”
“Surga. Karena tempat beristirahat itu di surga.”
“Surga yang seperti apa?”
“Surga ya surga. Jannahnya Allah.”
“Hmm..”
“Kenapa?”
“Begitulah manusia. Terkadang
mereka melupakan hal yang paling penting dari hidupnya. Tentang akhir dari
semua pencapaian selama hidup di dunia. Mereka mampu membuat list target yang menarik dan menakjubkan, lengkap dengan timeline yang mereka buat
sendiri. Lalu merealisasikannya dalam kenyataan, tapi sayangnya berhenti sampai
di situ saja. Kalau kamu mahasiswa, mungkin setelah lulus kamu berpikir untuk bisa melanjutkan sekolah setinggi-tingginya, lalu memberikan kontribusi sebanyak-banyaknya. Tapi, apakah cukup sampai di situ?”
“Maksudmu?”
“Ya, setiap orang pasti ingin masuk
surga. Kalau ditanya tentang akhir perjalanan ini, pasti jawabnya begitu.
Menuju surganya Allah, atas ridhoNya. Caranya dengan meraih semua mimpi-mimpimu itu. Tapi pernahkah kamu menyadari, bahwa
sebenarnya kamu bisa meminta lebih dari itu.”
“Lebih dari itu? Lebih dari surga?”
“Kalau dipikir-pikir, toh setiap
target yang kita buat itu tidak akan tercapai tanpa ridho Allah bukan? Dan
mimpi akan surga itu juga tidak akan tercapai tanpa ridho Allah. Kalau kita
saja mampu merinci dengan jelas target kita selama di dunia dan Allah mengizinkan
satu per satu terlaksana, mengapa kita tidak berpikir untuk mendefinisikan
sedetail-detailnya pula mimpi kita akan ‘akhir perjalanan hidup dan rumah masa
depan’ yang kita rindukan itu?”
“Bahasamu sulit. Sejujurnya aku belum paham.”
“Baiklah. Dengarkan aku.
Pernahkah kamu berpikir, ingin hidupmu berakhir dalam keadaan seperti apa?
Pernahkah berpikir, ingin disholatkan oleh berapa orang?
Pernahkah berpikir, ingin dido’akan oleh seberapa banyak penghuni semesta?
Pernahkah berpikir, ingin berada pada tingkatan surga yang mana?
Pernahkah berpikir, ingin membangun istana atau cukup rumah tipe 21 seperti yang kamu punya? Ingin memesan tanah surga yang di sebelah mana?
Pernahkah berpikir, ingin bersama dan ditemani oleh siapa sajakah di sana?
Pernahkah berpikir, ingin dapat melihat wajahNya setiap saat selamanya?
Pernahkah berpikir, tentang semua itu?”
“Iya ya. Mungkin itu yang selama ini terlupa. Aku hanya berpikir, ingin memberikan manfaat sebanyak-banyaknya agar bisa masuk surga. Agar Allah ridho kepadaku. Caranya dengan merinci setiap mimpi dan target yang aku punya. Tetapi tak pernah terpikir, untuk mendefinisikan sedetail-detailnya tentang ‘akhir perjalanan hidup dan rumah masa depan’ku yang aku idam-idamkan itu.”
“Ketika kamu bermimpi ingin
disholatkan oleh ribuah jama’ah, mungkin kamu akan menargetkan untuk ikut dalam
berbagai aksi sosial dan kemasyarakatan, atau mungkin mengabdi dalam dunia
profesimu itu, atau mungkin mendedikasikan hidupmu untuk bangsa dan negara. Dan
lain-lain.
Pun ketika kamu bermimpi ingin
berada di surga Firdaus, mungkin kamu akan memasang target untuk menghafal
sekian juz atau seluruhnya di dalam Al Qur’an, menjauhi maksiat, tidak meninggalkan sholat malam, menjaga silaturahim,
menghargai waktu, memperbanyak ibadah sunnah. Dan lain-lain.”
“Aku mengerti. Rasanya akan menjadi lebih
terarah, jalan hidup kita. Dengan orientasi yang lebih jelas dan pemahaman yang
lebih luas.”
“Maka dari itu, cobalah. Mendefinisikan sedetail-detailnya tentang mimpimu akan ‘menjemput surga’. Berharap, semoga Allah memeluk dan mencatatnya rapat-rapat, hingga Ia membukakan setiap celah jalan untuk sampai kepadaNya. Bersama orang-orang yang kamu cintai. Bersama ribuan orang yang turut menyertai. Melalui semua amalan tak terbatas yang telah mampu kau ukir selama hidupmu di dunia ini. Bukankah itu, istimewa?”
“Iya, akan kucoba.
Mendefinisikan sedetail-detailnya.”
Terinspirasi dari sebuah cerita.. :)
0 komentar:
Posting Komentar