Jumat, 18 Maret 2011

Cerita dari kampung

Minggu ini adalah minggu yang paling kutunggu-tunggu. Bagaimana tidak, ada serangkaian ujian di hari Senin sampai Kamis. Lalu agenda yang full dari Jum'at sampai minggu.
Ujian bagiku adalah suatu momen keramat, momen anti sosial yang tidak bisa diganggu gugat. Dengan kata lain, sejak semester 4 ini aku memutuskan untuk mengosongkan agenda non akademis selama minggu-minggu ujian. Semester sebelumnya? Masih setengah-setengah.
Senin: Ujian formatif
Selasa: Ujian praktikum
Rabu: Ujian anatomi
Kamis: Ujian sumatif

Begitu ada sms masuk, "Rapat, atau syuro', atau apapun itu", akan langsung dijawab. "Maaf saya izin, sedang ujian minggu ini". :)

Padahal dalam minggu ini, memang banyak yang harus dipikirkan, bukan hanya tentang ujian. Tapi aku berusaha, meskipun fokus yang harus dilakukan ada beberapa, konsentrasi tetap terpusat untuk belajar. Alhamdulillah masih bisa dihandle dengan short message service dan internet.
Rencana pada awalnya, setelah ujian hari Kamis, yang kira-kira selesai pukul 10.
1. Datang ke histologi, wawancara dokter Atikah untuk Open House FSI FKUI
2. KKD jam10
3. Datang syuro' madrasah at tauhid jam 1
4. Rapat Korpus jam 3
5. Handle Kelas Mentoring jam 4
6. Datang Launching KKI Salam, ikut kajiannya jam stg5
7. Rapat humas info adiguna ba'da maghrib
8. Menginap di kost teman, FMIPA 09: Buat proposal sekolah mentor, buat artikel ilmiah populer, buat proposal modul riset, mencari resep Ayam Teriyaki, dan mengurusi acara Madrasah At Tauhid yang akan diadakan hari Sabtu
9. Bertemu seorang teman, FH 09, untuk suatu urusan Jum'at pagi
10. Pulang ke asrama
11. Siap-siap untuk mabit, belanja bahan, persiapkan acara
12. Handle Kelas Mentoring jam 4
13. Berangkat mabit ke rumah dokter Wiji ba'da maghrib
14. Berkumpul dengan saudara-saudari. Ini yang paling ditunggu sejak berminggu-minggu yang lalu
15. Madrasah At Tauhid Sabtu pagi
16. Diskusi Prof. Samsu Minggu pagi
17. Tim building
18. Dan lain-lain

Untuk mabit, kami akan pergi ber sembilan, 5 orang dari angkatan 2008, 4 orang dari angkatan 2009. Kami sangat dekat, sudah seperti keluarga. Menyatukan jadwal untuk mabit saja butuh waktu yang cukup lama. Betapa sulitnya mencari waktu luang di mana semua bisa datang. Akhirnya tercetuslah tanggal 19 Maret. Dan kami semua, sangat sangat sangat mengharapkan MABIT ini dapat terlaksana.
Acara utama kami adalah belajar memasak. Dengan menu besar ca kangkung, cumi asam manis, ayam teriyaki, bakwan jagung, dan es buah/puding. Dan untuk snack malam berupa bakpao serta susu. Aku kebagian membuat ayam teriyaki dan ca kangkung, bersama dua orang saudariku. Oleh karenanya, paling tidak aku harus mencari-cari tahu dulu resep-resep mantap yang mungkin kutemukan dalam mbah google.
Sebenarnya, dengan bumbu cinta itu sudah cukup. ^^

Begitu banyak pula halangan yang membuat kami hampir membatalkan rencana ini menjelang hari H. Madrasah At Tauhid yang mendadak, padahal kami semua panitia inti. Syuro sesuatu yang mendadak pula, tapi kami minta untuk diganti lain hari. Dan lain-lain.

Kesepakatan. Aku dan 8 orang saudariku tersebut berjanji, akan menolak agenda yang mengganggu gugat acara mabit, meskipun penting.

Dalam hari-hariku, ada dua hal yang tidak dapat diganggu gugat oleh apapun: PULANG KAMPUNG BERTEMU KELUARGA dan MOMEN ISTIMEWA BERSAMA KELUARGA

Karena mereka adalah keluargaku di Jakarta, maka aku tak main-main.

Kira-kira seperti itulah yang sudah diagendakan. Tapi Allah menghendaki lain, skenario yang lebih indah dari segalanya.

Kemarin, ada beberapa hal yang harus diurusi, dan menempatkanku serta mereka sebagai dalam sesi yang cukup vital.

Kronologisnya seperti ini.
Seusai ujian, rasanya lega sekali. Alhamdulillah. Karena ternyata jadwal KKD hari Kamis diubah, jadi KKD menjadi jam1 siang. Lega. Ternyata aku bisa menghadiri rapat madrasah di ARH pukul 10, yang kebetulan juga dimajukan. Sesampainya di masjid ARH, aku bergegas menuju ruang rias. Bukan untuk merias pengantin atau dirias, tetapi untuk rapat. Yang datang sudah lumayan banyak. Karena beberapa hari terakhir aku mengasingkan diri, jadi cukup banyak yang tidak kuketahui. Setelah menanyakan perkembangan dan konsep, rapat pun dimulai.
"Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. . . . . . . . . . . . . ."

Dua menit setelah PO bicara, hape ku bergetar. Telepon dari Vrina, teman satu kelompok KKD ku.
"Halo enni?"
"Iya halo, kenapa vrina?"
"Enni enni?"
"Iya vrina kenapa? Re schedule ya?"
putus

SMS masuk "Enni, KKD kita di reschedule jadi sekarang. Cepet ke skill lab 2 ya."

Baiklah, aku izin. Lalu segera melangkahkan kaki ke departemen parasitologi FKUI. Dokter sudah menunggu, jadwal kami Pemeriksaan Fisik Ginjal. Alhamdulillah KKD selesai jam 11.30.
Aku pun kembali ke ARH, beberapa menit setelah duduk.
"Kita tutup dengan doa kafarotul majelis. Assalamu'alaikum Warohmatullah."
-___- zzzzzzz

Selaku anak acara, aku tak bisa diam. Selesai rapat, ada rapat inti. Dari sanalah aku mendapat banyak penjelasan dan sungguh membuatku pesimis dapat menikmati mabit dengan tenang.
Banyak yang harus dipersiapkan dalam waktu dekat.
Seketika itu, aku jarkom ke dua orang senior. "Kak, acara kita terancam nih."
Masih mampu laksana, tetapi tidak full time. Karena mau tak mau, Sabtu pagi kami harus pulang ke kampus lebih awal untuk mempersiapkan acara. Tak hanya itu yang terngiang-ngiang.
Rapat berakhir.

Bismillah! Kucoba menenangkan diri. Ke FSI, ke skill lab, ke iluni, ke masjid. Hampir saja air mata jatuh. Tapi bukan enni namanya kalau sampai meneteskan air mata di depan orang lain. :')

Entah kenapa, sedari pagi hari, hati ini memang tak enak. Seperti ada yang membebani, hingga saat itu pikiran dalam otak seperti menumpuk-numpuk entah berapa lapis, padahal sesungguhnya aku cukup stabil terhadap stres, sudah terjadi reaksi hipersensitivitas.
Tiba-tiba saja, aku mengatakan pada seorang teman mabit.
"Aku bukannya kesel, karena semuanya penting dan mendesak, atau mendadak dan memaksa. Juga g khawatir acara kita bakal keganggu, pokoknya kita harus kompak akan memperjuangkan mabit kita. Agenda lain bisa diusahakan, masih bisa dihandle dan diurus bareng2. Aku g papa. Cuma dari tadi kepikiran aja, kayaknya aku g mampu memenuhi semuanya."
Feelingku membuatku berani berkata demikian.

Pukul 15.00 tepat aku rapat korpus. Sekarang punya profesi baru, reporter amatir.
Aku ingin belajar menulis.

Selesai rapat korpus, kira-kira jam 15.45, lalu sholat. Kemudian ada seorang teman yang sedivisi denganku, mengajak untuk membahas proker terdekat. Dalam pertemuan yang singkat itu, kami membahas cukup banyak hal. Dan pastinya, membuatku kesadaranku semakin menurun, Komposmentis-letargi, mungkin. Hehe. Awalnya jadi ragu-ragu apakah akan meneruskan ke depok atau tidak. Tapi harus!
Kelas Mentoring kemarin dibatalkan, karena peserta tidak ada yang hadir. Alhamdulillah, berkurang satu.

Saat itu seorang senior sudah menungguku untuk pergi ke depok. Kira-kira jam 5 kami berangkat dari kampus Salemba bersama dua orang teman dan satu orang senior. Untuk pertama kalinya aku baik bemo ke Stasiun Manggarai (biasanya kalau ke depok, naik bajaj bukan bemo).
Trung tung tung tung tung tung...

Sampailah di Stasiun. KRL jurusan Depok. Semakin sore pasti semakin padat. Entah masih bisa memaksa masuk atau tidak. Berharap, semoga sepenuh-penuhnya kereta, aku masih bisa sampai depok sebelum maghrib. Kekeuh ingin ikut kajian Salam. ^^

KRL ekonomi tujuan Depok Bogor memang sangat amat penuh dari sore sampai malam hari. Saking penuhnya, kadang sampai sulit mencari udara segar.

Kereta belum datang juga, sudah 15 menit menunggu. Dan selama menunggu itu, aku sharing dan berdiskusi dengan kakak senior itu, serta becanda dengan teman-teman.

Tiba-tiba ada pengumuman, "Di jalur satu akan melintas kereta argolawu."

Spontan aku berkata pada senior dan teman-teman, "Aku mau pulang Solo aja ya.."
Disertai keinginan pulang yang sangat, entah kenapa aku rindu sekali dengan keluarga di Soloraya.

Karena stasiun sangat ramai, aku tak mengidahkan telepon yang masuk ke hape. Dua panggilan tak terjawab. Bapak dan Ibu.

Feelingku semakin menjadi-jadi. Aku yakin ada sesuatu. Menunggu pesan singkat.
Tak berapa lama kemudian. "Dek, mbah wonogiri meninggal. Kamu kalo ada libur pulang ke solo bisa ndak? bareng pakde naik pesawat besok pagi."

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Itulah jawaban.

Beberapa saat setelah membaca sms itu, aku terdiam. Melihat kereta ekspres yang lewat di depan mata. Baru kemudian aku berpaling ke teman-teman.
"Kayaknya aku g bisa ikut ke depok sore ini, g jadi nginep juga. Aku harus pulang. Barusan dapat kabar, nenek meninggal dunia."

Semuanya kaget. Dan buru-buru memelukku, membisikan. "Sabar ya enn, sabar"
Kata itu terasa sangat menyejukkan.

Aku pun berpamitan dengan mereka, lalu melangkahkan kaki pergi. Dalam hati aku berniat untuk pesan tiket kereta saja, biar sampai lebih cepat.
Tak berpikir panjang lagi. Sejenak segala pikiran terlupakan, tujuanku hanya satu PULANG.

Menyetop bajaj, lalu kembali ke kampus. Di tengah perjalanan bapak menelpon. Karena tak dengar suara apa-apa, aku bilang "Bapak, dia baru di bajaj. Suaranya g kedengeran. Nanti kl udah sampe asrama dia telpun."
Sampai di kampus, ganti naik Kopaja jurusan asrama. Di jalan aku berpikir ulang untuk pesan tiket kereta, loket tutup jam 5 sore. Bagaimana mungkin aku pesan tiket? Akhirnya aku putuskan ikut pulang bersama pakde.

Sampai di rumah, aku segera menghubungi bapak ibu pakde, itu utama. Mengabari bahwa sudah sampai asrama dan siap dijemput, siap pulang ke rumah.
Lalu menyampaikan maaf karena mengancel semua agenda. Pamit dengan orang-orang terkait rencana 3 hari ini, dan pamit pada orang-orang terdekat.
Jam 6 sampai asrama.
Seusai berkemas dan membawa barang yang diperlukan, pakde pun datang satu jam kemudian. Jam 7, aku bergerak menuju Ciledug. Malam kemarin menginap di sana, karena paginya pesawat berangkat jam 5.45.

--oo--

Mbah, kenapa g nunggu dia dateng dulu. Dia kangen sama mbah, liburan kemaren g ketemu. Katanya mau nunggu dia jadi dokter. :'(

Mbah, yang di saat aku pulang selalu tersenyum lebar. Meskipun hanya bisa tertawa dan menunjuk-nunjuk diriku, tapi aku tau mbah selalu menungguku. Cucu kelima yang merangkap sebagai cucu pertama. Mbah mengalami paresis setelah serangan stroke 6 tahun lalu. Tidak bisa bicara dan berjalan.

--oo--

Aku tak bisa tidur, masih di depan laptop hingga jam 12 malam. I have to be responsible.
Selesai dengan urusan kampus, aku putuskan untuk tidur. Besok harus berangkat pagi. Jam 4 pagi.

Mbah, tunggu ya...

Pagi harinya, insiden itu terjadi. Taksi yang dipesan sejak jam 4 kurang baru datang jam setengah 5. Katanya kesasar. Di tengah perjalanan, tiket ketinggalan. Akhirnya harus putar balik kembali ke rumah pakde.
Kami bertiga terlambat check in, 10 menit. Kesal juga, kenapa tidak diizinkan masuk. Padahal kan belum berangkat. Tidak pedulikah ini darurat??

Qodarullah, kami jadi berangkat jam 09.05. Menunggu di bandara Soekarno Hatta hingga waktu keberangkatan. Hari ini adalah pertama kalinya aku naik pesawat, takut.

Dan dalam waktu 1jam aku terbang di antara pulau-pulau awan, melihat indahnya alam dari atas langit. Subhanallah, takjub. Pikiranku jauh mengangkasa, terbayang wajah mbah di langit biru, di antara siluet-siluet putih. Pertemukan aku dengannya di surgaMu ya Allah..

Jam 10.45 kami sampai di Adi Soemarmo. Kebetulan om dan bulik juga baru sampai di Solo dari Sukabumi, jadi mereka yang menjemput kami. Naik mobil, menuju Wonogiri. Nama kabupaten yang kusematkan di belakang nama mbah, bahkan menjadi nama panggilan.

Dari kecil, aku dan semua adik-adikku biasa memanggil beliau, "Mbah Wonogiri. Kadang panggil Mbah Wono, kadang Mbah Giri".

Sesampainya di sana, ada suasana haru yang lekat. Saat tiba di rumah mbah, semua laki-laki sedang Jum'atan. Mbah, di mana mbah..
Kulangkahkan kaki dari mobil, lalu menyalami sanak saudara. Hingga tiba di depan peti putih itu. Bude membuka penutup mukanya. Dan wajah itu tampak di hadapanku.
"Putih, bersinar. Mbah begitu tenang. Semoga khusnul khotimah."
Masih tak percaya, begitu tiba-tiba.

Jam2 kami menuju pemakaman, alhamdulillah masih sempat melihat wajahnya.
Disaksikan oleh semuanya. Mbah pasti bahagia di sana, anak-anak dan cucunya bisa kumpul.

Jika anak Adam mati, maka terputuslah semua amal perbuatannya. Kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak sholeh. (HR. Bukhari, Ahmad, Nasa’i, Abu Dawud, dan Muslim)


"Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Robbmu dengan ridho dan diridhoi. Maka masuklah ke dalam golongan hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu." (QS. Al Fajr 27-30)


Sungguh. Hari ini, aku sedang tak ingin memikirkan yang lain. Aku ingin bersama mereka, keluarga besar Mbah Wonogiri. Bersama ibu dan bapak, bersama pakde bude om bulek serta seluruh adikku. Selamat jalan mbah, mbah akan selalu ada dalam ingatan kami semua.


Maaf ya mbah, dia dulu nakal amat sangat. Maaf juga atas kepergianku menuntut ilmu, hingga tak bisa sering-sering menjenguk mbah sayangku.

Dia akan berusaha, jadi dokter hebat!

Ya, dia janji. :')

Mas indra, mas aji, mbak desi, mbak yuni, suatu saat aku ingin kita kumpul lengkap, dengan kalian juga. Sempatkanlah..

Kak Ade, Kak Amel, Kak Rara, Kak Rani, Kak Rifa, Maela, Aravinda, Sheli. Maaf menunda acara kita.. Lain waktu, kita akan rancang yang terbaik.. InsyaAllah.

Dan untuk semuanya, terimakasih.
Maaf karena melupakan sejenak yang di Jakarta, izinkanlah.
Aku yakin, tanpa diriku pun semua akan baik-baik saja. Karena Allah yang merencanakan segala..

Kembalinya aku ke sana, status mahasiswa ku akan kembali pula.

Ya Allah
Aku lelah mengalir
Biarkan aku berada di muara yang tenang ini


Yang selalu ingin belajar menulis
Dan merangkainya dalam kotak kisah perjalananku

Nurmita

0 komentar:

Posting Komentar