----- Next Episode -----
Judul baru pun didapat. Kami harus membuat proposal baru.
Alhamdulillah, untuk judul yang ini tak terlalu sulit bagi kami. Karena kelompok teman kami yang waktu itu, juga melakukan riset yang sama. Bahkan mereka sudah menyusun skripsi, paling tidak kami bisa bertanya jika kesulitan.
Bismillah! Dalam waktu libur semester, proposal kembali disusun. Sempat kesal juga diriku ini karena harus kembali ke Jakarta, menikmati liburan yang putus2 karena bolak-balik.
Tapi demi riset, apapun kulakukan. Ibu bapak selalu mendukung. Meski ku tau, mereka masih rindu.
Kendala muncul lagi. Bahan bahan riset dan obat, menggunakan sisa riset sebelumnya. Kami belum tahu apakah bahannya masih bagus, atau sudah rusak. Langkah pertama yang kami lakukan adalah menguji bahan bahan. Seperti mangiferin, desferal (obat untuk thalasemia), ekstrak, dan menunggu serum darah yang dipesan.
Kali ini lebih mudah, menggunakan spektrofotometer. Untuk mengetahui hasil, kami tinggal memasukkan ke alat dan mengecek di komputer. Lagi-lagi, kami tidak dibimbing. Kali ini kami dipegang langsung oleh dokter E, tapi karena kesibukan yang mendampingi tetap dokter D.
Ada yang berubah. Dokter D nampak semakin ramah dan perhatian. Mungkin beliau merasa tidak enak, karena penelitian ini tidak segera berakhir.
Tapi sekali lagi, kami terkendala. Kami tidak tahu, apa yang harus kami lakukan. Dosis berapa yang harus digunakan, bagaimana caranya mengukur kadar, diencerkan berapa kali, mediumnya apa, dll. Perlakuannya apa saja. Kami tidak diajari. Setiap kami bertanya, jawabannya singkat padat dan tidak jelas. Yang membuat kami bertanya-tanya, “Maksudnya dokter E ini apa?”. Setiap bertanya pada dokter D, “Saya sendiri g tau, kemaren dokter E bilang apa?”.
Duh, memang tidak jelas. Kami mencoba sendiri, atas bimbingan dari dokter E. Alhamdulillah, bahan masih bagus. Meskipun kami sendiri kurang mengerti apakah hasil pembacaan di spektro itu bermakna. Hehe.
Tinggal menguji ke serumnya. Sampel serum penderita dimintakan langsung ke Pusat Thalasemia RSCM. Kali ini kami hanya diminta menguji 10 sampel. Serum sudah didapat, kami simpan di kulkas dulu untuk sementara. Mengapa demikian?
Karena kami masih harus menunggu penghitungan kadar feritin. Karena kami tidak bisa melakukannya sendiri dan harus orang ahli, akhirnya yang kami bisa hanya menunggu untuk dikabari. Seperti janji pihak departemen F tersebut.
Karena tak ada penjelasan dan libur semester masih seminggu. Akhirnya kami semua pulang dulu. Nanti kalau kadar feritin sudah dihitung, pihak departemen F akan menghubungi. Baiklah, kami mengerti.
Sudah seminggu berlalu, tidak juga dihubungi. Perkuliahan semester 3 pun dimulai. Sudah sebulan berlalu, belum juga dihubungi. Kami menanyakan ke sana, tapi katanya belum ada. Timbul keputusan untuk mendatangi departemen Anak, menanyakan kejelasan. Dan alangkah kagetnya kami, setelah diberitahu.
"Kadar feritin sudah dihitung sejak dulu, bahkan tiga hari setelah dipesan."
Astaghfirullah..