Rabu, 14 Juli 2010

Nikmat dan impian

Keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia adalah keajaiban yang tak terkalkulasikan dengan angka berapapun.

Apa yang perlu kita lakukan untuk sampai ke puncak?
Yang perlu kita lakukan sekarang hanyalah..
Kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya..
Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya..
Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya..
Leher yang akan lebih sering memandang ke atas..
Lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari baja..
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya..
Serta mulut yang akan selalu berdo'a..

(dikutip dengan sedikit perubahan dari Novel 5cm, I like the words)




Saya setuju sekali dengan kalimat per kalimat di atas. Bahwa kita memang harus berusaha lebih untuk mencapai lebih. Dan kita tidak bisa membiarkan hidup kita begini-begini saja, tanpa ada turunan dan tanjakan yang berarti.
Bagaimanapun kita harus punya mimpi, punya cita-cita, dan keyakinan. Perjalanan untuk meraih dan mempertahankannya itulah yang akan mengajarkan kita bagaimana dapat mengalahkan ketakutan dan menghadapi setiap tantangan.
Dan bagaimanapun juga kita harus selalu bersyukur, atas kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Sehingga kita lebih dapat memaknai setiap hal yang kita alami. Memandang dari setiap sisi yang ada agar kita tak terfokus pada satu penyelesaian, terpaku pada satu pemahaman.

Ada dua hal yang harus kita pahami, tentang bagaimana mendefinisikan segala peristiwa itu sebagai nikmat dan impian. Intinya ada pada, berpikir positif. ^^

1. Nikmat

Nikmat ini dapat berarti nikmat yang baik, maupun ujian. Karena dua-duanya adalah nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Sekali lagi, nikmat itu apa yang Allah beri, apa yang Allah karuniakan kepada kita sebagai hambaNya. Nikmat telah ditetapkan sesuai dengan usaha yang telah kita lakukan dan sesuai pula dengan rezeki yang telah Allah tetapkan. Ketika kita mendapat nikmat, maka biasakanlah untuk melihat ke bawah. Maksud saya, bukan menundukkan kepala atau menengok ke bawah. Tapi biasakan diri kita untuk melihat mereka yang berada lebih di bawah kita. Dengan begitu, kita akan lebih mensyukuri apa yang kita punya, apa yang kita dapat. Bahwa masih banyak orang yang kurang beruntung, masih banyak mereka yang lebih merana dari kita.

2. Impian

Impian ini berarti apa yang kita ingin capai, apa yang kita yakini untuk diraih. Impian murni berasal dari individu, hubungannya kita dengan diri kita dan kita dengan lingkungan sekitar kita. Menciptakan impian adalah hak kita dan hak kita pula apakah ingin meraihnya atau hanya sekedar menaruhnya di dalam benak. Ketika kita bermimpi, maka biasakanlah untuk melihat ke atas. Maksud saya, bukan pula menengadahkan kepala atau menengok ke atas. Tapi biasakan diri kita untuk melihat mereka yang berada lebih di atas kita. Mereka yang telah berhasil mewujudkan mimpi mereka dan berada dalam keadaan yang jauh lebih baik. Dengan kata lain, mereka yang telah sukse menyemai impiannya. Dengan begitu, kita akan lebih bersemangat dan terpacu untuk menggapai cita dan menjaga keyakinan kita.


Untuk aplikasinya, saya ambil contoh yang simpel.
Misal: Berhubung statusnya mahasiswa, jadi saya ambil kasus yang biasa dialami oleh para mahasiswa juga.
Remedial. Mungkin sudah terdengar wajar bagi sebagian orang. Keadaan atau posisi atau apalah namanya, di mana seseorang belum mencapai batas minimal kelulusan.
Ketika takdir telah menggariskan kita untuk remed, maka cobalah untuk memandang dari dua sisi di atas. (banyak sisi tentu lebih baik, tapi untuk mempermudah saya rasa dua di atas cukup)

1. Remed sebagai nikmat

Lihatlah, masih banyak teman-teman di antara kita yang nilainya masih di bawah kita. Masih banyak orang yang tak seberuntung kita, dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi di jurusan yang kita inginkan pula. Betapa Allah masih menyayangi kita, memberi kesempatan untuk mencapai cita-cita, sedang yang di luar sana banyak yang tak jelas nasibnya tak tahu hidupnya akan dibawa ke mana. Betapa Allah sebenarnya ingin memberi kita kepahaman yang lebih, bersama teman-teman yang remed pula. Allah ingin memberi pelajaran bagi kita, bagaimana kalau kita dalam posisi mereka, bagaimana rasanya remedial.
Syukurilah, syukurilah akan semua itu.

2. Remed sebagai impian

Maksud saya bukan, kita harus bermimpi untuk remed apalagi pasrah. Buang jauh-jauh pikiran seperti itu! Kita harus menjadikan momen remed ini sebagai titik tolak untuk maju lagi, untuk bangkit lagi. Lihatlah yang di atas. Teman-teman kita yang sangat lega menikmati harinya yang bebas dari cap remed. Mereka yang atas usaha mereka, mampu meraih nilai yang memuaskan. Sadari pula, hasil sebanding dengan niat dan usaha. Mungkin usaha kita memang kurang jika dibandingkan dengan mereka. Mungkin selama ini kita masih terbuai dengan kemalasan, dan lain hal. Padahal di lain tempat dan waktu, teman-teman kita mampu mengusahakan yang terbaik. Lihat lebih luas lagi, tentang hidup orang-orang yang telah sukse mencapai mimpi dan cita-citanya. Mengapa kalau mereka bisa, kita masih seperti ini? Kalau mereka bisa mencapai semua itu, kita pun bisa! Harus ada kemauan dan keyakinan yang lebih untuk memaksimalkan usaha yang kita lakukan agar hasilnya pun yang terbaik dari yang terbaik. Tak cukupkah mereka semua menjadi motivasi dan koreksi bagi kita untuk benar-benar bangkit dan berkata lantang, "I can do it, more than you know. I can do it more than you do. I can be better, surely!"

Bermimpilah, dan wujudkanlah. Impian itu milik kita, sepenuhnya milik kita. Untuk setiap hal yang terjadi dalam hidup kita, baik yang besar maupun yang kecil. Kita pasti bisa kalau kita percaya. Optimis dan terus maju!
Mulailah dari diri sendiri, berusahalah untuk lebih baik dan lebih baik.



"Tak kudapatkan cela yang paling besar pada diri seseorang selain kmampuannya untuk sempurna, tetapi dia tidak mau berjuang untuk meraihnya." (abu thayyib al mutanabbi)




Yang bisa dilakukan seorang manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka tinggal mempercayainya.
Ketika kau telah memiliki tujuan untuk digenapi dan mimpi untuk dipenuhi, yakinlah.. Allah telah meneguhkan hati ini..
Semoga apa yang kita lakukan selalu dicatat sebagai amal baik dan dapat memberatkan timbangan kita di akhirat kelak.

Karena Allah lebih tahu, apa yang baik untuk kita. Skenario Allah itu selalu indah.
Keep positive thinking! Dan tetaplah bersyukur! What you think is what you have..

Semangaaaaaat! :D



NB: apa yang saya jabarkan di atas adalah pendapat saya pribadi
mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan ^^

4 komentar:

jagoanmertua mengatakan...

kau selalu saja bisa memandang semua masalah menjadi sesuatu yang ringan mbak En...

Semangat!!

Nurmita mengatakan...

Karena masalah itu akan terus memacu kita syad,

Setiap kau menghadapinya, anggaplah demikian:
"Kalau yang ini aku mampu mengatasi, maka, di depan sana akan ada yang lebih rumit lagi. Tapi kalau yang ini tak mampu kuatasi, maka, kemampuanku hanya sampai di sini. Tidak lebih.."

Jadi, teruslah berusaha.. hehe

jagoanmertua mengatakan...

he'em mbak en...semangat...
terkadang rapuh banget nek pas ana masalah...

Nurmita mengatakan...

Kuatkan dirimu.. Arsyad bisa! Semangat!
Coba minum anlene biar tidak rapuh.. ^^

Ngapa kok jenenge jagoan mertua ta syad? Ngekek aku..

Posting Komentar