Senin, 12 Juli 2010

Tersenyumlah dan kita ubah dunia



Senyum.
Sebuah kata yang simpel, mudah diucapkan, tetapi terkadang banyak hal yang menghalangi kita untuk melakukannya.
Secara ilmiah, mekanisme tersenyum ini telah terurut rapi dalam sistem limbik manusia. Mekanisme ini dipanggil secara involunter/tidak sadar. Saat kita tersenyum, melibatkan pengaturan yang dapat dengan mudah dilakukan.
Peran sistem refleks, otot wajah bagian kanan dan kiri akan berkontraksi secara sinergis. Diikuti perasaan tenang dan bahagia oleh kerjasama limbik dan amigdala yang bertugas pula mengatur emosi.
Sebuah bulan sabit yang terbentuk rapi dan indah sekali, menghiasi wajah kita.

Bersyukurlah kita masih bisa tersenyum, sewajarnya dan pada tempatnya.
Jauh di sana, ada sebuah penyakit yang namanya Happy Pupet Syndrome. Di mana seseorang yang mengidap penyakit ini akan terus menerus tersenyum sepanjang hidupnya. Bahkan dalam keadaan menangis pun, dia akan tetap tersenyum.
Sebaliknya, ada kelainan yang menyebabkan seseorang tidak bisa tersenyum karena kelumpuhan otot-otot yang mengaturnya. Ada orang yang terbatas senyumnya karena kelumpuhan saraf facialis yang bekerja dalam penghantaran impuls ke bagian wajah, sehingga hanya dapat menggerakkan sebelah sisi bahkan tak bisa sama sekali.
Juga di sana, banyak orang yang tersenyum dengan bebas tanpa makna akibat depresi berkepanjangan akan hidup yang tak bersahabat. Berjalan tanpa malu di sebuah kota atau mereka yang hari-harinya berlalu di rumah sakit jiwa.

Tak ada alasan yang kuat bagi kita untuk tidak tersenyum. Selagi kita bisa, selagi dengannya kita mampu membawa manfaat bagi yang melihatnya.
Kalau kata saya pribadi, "senyummu akan meneduhkan orang yang ada di sekelilingmu". Tak peduli mereka akan memandang seperti apa, yang penting niat di hati ini bersih dan apa adanya.
Selama masih sewajarnya, dan pada tempatnya.

Bayangkan betapa sejuknya, ketika kita dalam keadaan dilanda masalah. Batin kita cukup terluka karenanya, ibarat terhimpit, tak ada jalan keluar. Kemudian ibu, ayah, adik, kakak, sahabat, atau saudara kita datang menghampiri. Dengan satu kata, "Bersabarlah.."
Diiringi senyum ikhlas dan tulus tanpa cela. Betapa hati ini akan luluh karenanya, Ceesss, dingin sekali. Betapa sebuah energi telah disalurkan, energi positif yang luar biasa.

Atau seperti kata salah seorang teman saya, "Bagaimana seorang muslim tidak tersenyum?"
Sementara ia telah meridhoi Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad saw sebagai rasulnya.
Bagaimana seorang muslim tidak tersenyum, dengan segala nikmat yang ada, yang tiada pernah jemu Allah turunkan pada semua hambaNya di dunia.
Yang telah meninggikan langit tanpa tiang, menciptakan alam semesta ini dalam enam masa, menurunkan hujan, adanya siang dan malam, bersinarnya mentari dan bulan sebagai penerang bagi manusia, serta berjuta bahkan bertrilyun nikmat tiada tara yang mengalir dalam setiap jejak nafas dan usia kita. Akan mengalir, selamanya.
Allah telah menciptakan alasan yang tak terhitung banyaknya untuk tersenyum, selalu tersenyum.
"Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An Nahl 18)


Lalu, senyum seperti apa yang dianjurkan?

Dalam buku Menyemai Impian, Meraih Sukses Mulia-nya pak Jamil Azzaini.
Senyum yang dianjurkan adalah senyum 227.

Apakah itu? Saat kita tersenyum, cobalah untuk simetris. Tarik ke sudut bibir kiri 2cm, sudut bibir kanan 2cm, dan kembangkan selama kira-kira 7 detik. Inilah senyum tulus. Bukan senyum basa-basi, bukan pula senyum yang sinis.
Sungging senyum 227, perasaan kita yang gundah gulana, sedih, cemas, khawatir, dan semua perasaan negatif lainnya akan berlalu. Saatnya senyum menjadi bagian dari hidup kita, aktivitas yang secara refleks kita tampilkan.

"When I see you smile, I can face the world. You know, I can do anything.."

Dan betapa tersenyum itu akan membawa berkah bagi kita dan yang melihatnya.
"Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi)


Tak ada alasan bagi kita untuk tidak tersenyum karena Allah telah menciptakan alasan yang tak terhitung banyaknya untuk tersenyum.
Hadirkan senyum terindahmu hari ini untuk memulai segala aktivitas dengan hati yang senang, hati yang bahagia.
Senyumku, ibadahku, senyum 227.

Tersenyumlah, dan kita ubah dunia.. =)

3 komentar:

nita prasasti mengatakan...

subhanalloh...senyummu mbak en,yang selalu saya rindukan saat kita terpisah jauh...begitu menenangkan..=)

Nafsa Muthmainna mengatakan...

tersenyumlah,
karena senyuman adalah senuah lengkungan yang akan meluruskan banyak hal.
^^

Nurmita mengatakan...

Nita, acha, tersenyumlah..
Senyumnya 227 ya, hehe

Biarkan senyuman yang menjadi awal pertemuan kita, sebelum kata terucap, sebelum cerita dimulai.
Dan biarkan senyuman menjadi akhir pertemuan kita, yang akan membuat kita tak sabar ingin bertemu lagi.
:)

Posting Komentar